Penilaian Afektif
Penilaian
afektif berarti berkenaan dengan menilai sikap dan perubahan yang terjadi pada
tingkah laku peserta didik selama pembelajaran. Sikap
berhubungan dengan tindakan seseorang dalam merespon objek. Berarti objek yang
direspon peserta didik itu adalah materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh
guru. Tindakan seseorang atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya
akan terjadi perilaku yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran,
peserta didik diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana
(2009:30) para ahli berpendapat bahwa apabila seseorang tingkat kognitifnya
sudah pada tingkat tinggi, maka sikap seseorang tersebut diramalka dapat
berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik seperti, perhatian
siswa terhadap pembelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman-teman se kelasnya, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Jadi, ada
kecerendungan antara penilaian kognitif dengan afektif saling berkaitan.
Misalnya, dalam menilai ranah kognitif peserta didik harus menguasai materi
kontroversional, guru dapat pula menilai peserta didik dalam ranah afektif
dengan cara menilai peserta didik yang aktif bertanya dan berani mengungkapkan
pendapatnya. Selain itu, hasil belajar afektif peserta didik tampak dalam
berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pembelajaran, sopan santun,
disiplin, motivasi belajar, dan mengahargai guru dan teman satu kelasnya.
Hasil
belajar afektif berkaitan dengan minat, sikap, dan nilai-nilai sebagai hasil
dari pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik. Menurut
Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari
beberapa tingkatan, yaitu receiving, responding,
valuing, organization, dan characterization
by a value or value complex. Receiving merupakan kemauan dan kepekaan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau objek dalam pembelajaran. Responding atau menanggapi yaitu adanya
partisipasi aktif untuk memberikan rekasi dari materi yang diberikan oleh guru. Valuing artinya memberikan nilai
terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang dilaksanakan setelah
pembelajaran. Organization artinya
membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian akan
menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik. Characterization by a value or value complex yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik, yang memengaruh pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
Menurut
Sudjana (2009:31) tipe hasil belajar afektif dapat dilihat dan diniliai saat
waktu proses pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai dilakukan. Saat
waktu pembelajaran sikap peserta didik dapat dilihat dalam hal kemauan untuk
menerima materi dari guru, perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran, keinginan mendengarkan dan mencatat materi, menghargai guru dan
teman satu kelas, dan keaktifan peserta didik dalam bertanya. Sementara itu, sikap
yang dapat dilihat setelah selesai pembelajaran pada peserta didik diantaranya,
kemauan mempelajari materi lanjut, kemauan mempraktikan nilai yang terkandung
dalam materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan adanya rasa senang terhadap
materi yang diajarkan oleh guru.
Proses Penilaian Afektif
Untuk penialaian sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes.
Menurut Kochhar (2008:56-63) untuk menialai sikap atau
afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Arifin
(2012 : 180) teknik non-tes ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan
diantaranya yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala
penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori
kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta.
Observasi
merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru baik langsung atau tidak
langsung dengan mengacu pada pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas
baik dari segi guru maupun peserta didik yang akan didapatkan sebuah data atau
informasi dari suatu fenomena kelas.
1. Wawancara adalah kegiatan percakapan tanya
jawab yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik, yang dilakukan secara
langsung (bertatap muka) atau tidak langsung (melalui perantara).
2. Skala sikap adalah teknik
penilaian dengan memberikan pertanyaan- pertanyan positif dan negatif yang akan
dipilih oleh peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi
dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap peserta didik terhadap
pembelajaran atau lingkungan sekolah.
3. Daftar cek merupakan suatu daftar yang
digunakan oleh guru untuk mencatat dan memberi tanda tiap kejadian-kejadian
yang terjadi di diri peserta didik baik kejadian kecil maupun besar dalam segala
aspek, teknik seperti ini membantu guru dalam mengingat apa saja yang harus
dinilai oleh guru.
4. Skala penilaian merupakan daftar cek
akan dikembangan dalam bagian yang lebih luas dan terperinci yang disusun
secara tingkatan yang telah ditentukan.
5. Angket yaitu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang berisi pendapat, paham dari peserta didik yang
dilaksanakan secara tertulis yang dipengaruhi oleh pemikiran diri sendiri.
6. Studi kasus adalah kegiatan untuk
memahami sebuah masalah yang dialami peserta didik dengan mencari informasi
terkait dengan masalah tersebut yang natinya kemudian akan disimpulkan dan
dicari penyelesaiannya, hal yang bisa dipahami dalam masalah-maslaah peserta
didik misalnya dalam masalah lamban dalam memahami materi.
7. Catatan insedental yaitu cacatan yang
berisi tentang kejadian singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta
didik dalam pembelajaran, kejadian tersebut biasanya tingkah laku peserta didik.
8. Sosiometri adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk merangkum, menyusun dan mengkualifikasikan pendapat-pendapat
peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana hubungan mereka
dengan para teman-temannya.
9. Inventori kepribadian merupakan tes
kepribadian yang jawaban dari peserta didik tersebut benar semua, namun jawaban
tersebut tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat dibandingkan dengan
kelompok lain.
Teknik
pemberian penghargaan kepada peserta didik bertujuan untuk memberikan semangat,
motivasi dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran, serta
memodifikasi tingkah laku peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih
produktif lagi dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.
Sementara itu,
menurut Fadillah (211-212) dalam Kurikulum 2013 penilaian sikap dilakukan
melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal.
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan berkelanjutan baik
dilakukan langsung maupun tidak langsung. Penilaian diri merupakan teknik
penilaian dengan meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri dalam hal
kekurangan dan kelebihannya dalam konteks pecapaian kompetensi. Penilaian antar
teman hampir sama dengan penilaian diri akan tetapi penilaian ini dilakukan
oleh antar peserta didik menilai peserta didik lain, sedangkan jurnal merupakan
catatan dari guru mengenai kejadian atau tingkah laku peserta didik.
Selain itu,
menurut Suwandi (2010:114) teknik penilaian diri adalah teknik penilaian dengan
cara peserta didik diminta untuk menilaia dirinya sendiri yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, tingkat pecapaian kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur 3 ranah kompetensi
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah afektif dalam pelaksanaannya
guru dapat memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat tulisan
berkaitan dengan refleksi dirinya selama mengikuti pembelajaran. Kemudian
refleksi dirinya akan dinilai sendiri berdasarkan indikator yang sudah
ditetapkan oleh guru. Banyak keuntungan dari penilaian diri ini, salah satunya
yaitu peserta didik mengetahui kelemahan dan kekuatannya dalam pembelajaran,
sehingga ia akan terus meningkatkan potensi yang ia punya agar dalam proses
pembelajaran bisa lebih baik.
Pelaksanaan
penilaian diri biasanya dilakukan beberapa kali, hal ini dikarenakan hasil
penilaian diri awal atau yang baru tidak dapat langsung dipercaya. Menurut
Suwandi (2010:142) terdapat dua kemungkinan data hasil penilaian diri tidak
dapat langsung dipercaya, pertama karena peserta didik belum terbiasa sehingga
akan banyak melakukan kesalahan dalam melakukan penilaian. Kedua karena
penilaian ini dilakukan sendiri oleh peserta didik, maka sifat subjektifitas
itu kemungkinan terjadi. Demi mendapatkan nilai yang bagus maka peserta didik
kemungkinan akan menilai dirinya tidak sesuai dengan kenyataan dalam dirinya,
bisa dikatakan untuk mengejar nilai baik. Oleh karena itu, guru sebaiknya tidak
hanya sekali melakukan penilaian diri. Apabila hasil penilaian pertama sudah
didapat, maka guru harus menelaah dan mengkoreksi lagi hasil penilaian peserta
didik. Jika peserta didik masih menunjukan kesalahan, maka guru
mengembalikannya kepada peserta didik dan dilakukan penilaian diri untuk yang
kedua kalinya, begitu seterusnya sampai hasilnya maksimal.
Menurut Sudjana
(2009:106) skor hasil pengukuran disebut dengan skor mentah, agar skor mentah
ini menjadi nilai yang lebih bermakna dan dapat dijadikan untuk menentukan
prestasi dan kemampuan peserta didik, maka harus diolah menjadi skor masak.
Proses pengubahan skor mentah menjadi skor masak inilah yang dinamakan
pengolahan data. Setelah semua data penilaian terkumpul, maka langkah
selanjutnya yaitu pengolahan data. Karena penialian
afektif biasanya dihasilkan dari penilaian non tes, maka hasil dari penilaian
afektif adalah dalam bentuk data kualitatif, yang kemudian akan dideskripsikan
sebagai penjelasan nilai afektif. Menurut Suwandi (2010:135-136) data
hasil penilaian afektif didapat dari pengamatan guru yang dilengkapi dengan
catatan-catatan guru dan pertanyaan langsung. Catatan dari guru ini berkaitan
dengan kejadian- kejadian di dalam kelas, baik yang positif maupun yang
negatif. Kejadian- kejadian yang diambil adalah kejadian yang menonjol pada
peserta didik, oleh karena itu biasanya peserta didik yang pintar dan
berperilaku tidak baik di kelas akan mudah dikenali karena mendapat perhatian
dari guru. Dari catatan itu guru dapat menggolongkan peserta didik masuk dalam
kategori yang sudah guru buat. Kemudian guru dapat berkonsultasi dengan guru
Bimbingan Konseling untuk berdiskusi tentang peserta didik dan mencocokan hasil
penilaian afektif dari kedua belah pihak.
Ada beberapa
cara dalam mengolah data dari nilai non tes, Sudjana (2009:128) mengemukakan
cara mengola data dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, skala.
1. Pengolahan data hasil wawancara dan kuesioner
Data hasil
wawancara dan kuesioner biasanya dicari frekuensinya dalam setiap jawaban.
Frekuensi terbanyak cenderung mendekati
jawaban yang sebenarnya. Sebaliknya, frekuensi yang paling rendah
cenderung merupakan jawaban yang tidak mendekati dengan kenyataan objek yang
dinilai. Dari hasil wawancara dan kuesioner ini guru dituntut untuk benar-benar
teliti, dan mampu membandingkan jawaban dari peserta didik dengan hasil penilaian
lain misalnya observasi. Nantinya hasil dari pengolahan data bisa maksimal dan
mendapatkan jawaban yang benar dan mendekati kenyataan dalam situasi
pembelajaran.
2. Pengolahan data hasil obeservasi
Hasil observasi
bersifat subjektif, karena hasilnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan
seorang individu. Data hasil observasi bergantung pada pedoman observasi
tersebut, terutama dalam mencatat dan mendokumentasikan setiap objek
pengamatan. Bentuk dari hasil observasi adalah pernyataan-pernyataan yang
dilihat si pengamat. Pengolahan pernyataan-pernyataan tersebut agar menjadi
nilai afektif yang masak, caranya dengan menganalisis dan menginterpretasikan
hasil amatan tersebut. Selain menggunakan cara tersebut, dapat pula menggunakan
pengamatan yang sudah diberi skor atau skala nilai. Pada setiap aspek yang akan
dinilai sudah tersedia kolom skor yang nantinya akan diisi oleh pengamat,
misalnya nilaianya A, B, C, dan D, atau dapat pula menggunakan angka yaitu 4,
3, 2, dan 1. Dari skor yang sudah diisi oleh guru atau pengamat, maka akan
dijumlahkan dan dicari rata-ratanya, yang kemudain dapat dikonveksikan kedalam
standar ratusan atau puluhan.
3. Pengolahan data hasil skala penilaian dan skala sikap
Pengolahan data
baik dari skala penilaian dan skala sikap tak jauh beda dengan pengolahan data
hasil observasi yang menggunakan skor atau nilai. Caranya yaitu dengan
menentukan skor dari seluruh butir soal, kemudian akan dirata-rata dengan cara
membagi jumlah skor dengan jumlah pertanyaan, yang terakhir meninterpertasikan
jawaban yang baik dan jawaban yang tidak baik. Misalnya peserta didik sangat
bagus dalam menanggapai materi, tetapi kurang dalam mengahargai pendapat
peserta didik lainnya.
Menurut
Arikunto (2007:180-181) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap peserta didik yaitu.
1. Skala Likert, dalam skala ini
dibentuk dengan pernyataan yang ditunjukan dengan lima tingkatan respons yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS),
sangat tidak setuju (STS),
2. Skala pilihan ganda, berisi soal yang
berbentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah
alternatif pendapat,
3. Skala Thurstone, skala bentuk ini
hampir mirip dengan skala Likert tetapi isinya berupa instrumen yang jawabannya
menunjukan tingkatan,
4. Skala Guttman, berupa tiga atau
empat buah pernyataan yang masing- masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan, sehingga
bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1, selanjutnya
jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju pernyataan nomor
1 dan 2,
5. Semantic differential, terdapat tiga
dimensi yang akan diukur dalam kategori baik-tidak baik, kuat-lemah, dan
cepat-lambat atau aktif-pasif,
Pengukuran
minat, dalam penggolongan kategori yang diukur hampir sama dengan jenis skala
Likert. Menurut Arifin (2012:233) selain dengan menggunakan huruf atau kata-
kata, dalam menggolongkan hasil penilaian sikap, dapat pula menggunkan angka.
Skala ditulis dengan menggunakan angka, untuk urutan pernyataan positif ke
negatif yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangakan untuk pernyataan negatif ke positif
menggunkan urutan 1, 2, 3, 4 dan 5. Skala ini ditentukan dari hasil penilaia
afektif yang datanya berbentuk angka-angka, yang kemudian akan dirata-rata dan
dikonveksikan menjadi beberapa standar salah satunya dapat menggunakan standar
4 sebagai angka tertinggi.
Penilaian
psikomotorik merupakan penilaian terhadap keterampilan dan kemampuan bertindak
setiap individu. Penilaian psikomotorik berkenaan
dengan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan bertindak setelah
peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut
Sudjana (2009:30-31) ada enam tingkatan keterampilan yaitu (1) gerak reflek
atau gerakan yang tidak disadari, (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar,
(3) kemampuan perseptual, yaitu membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-
lainnya, (4) kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai
keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Sudjana
(2009:30-32) hasil dari penilaian afektif dapat juga dijadikan sebagai penilaian
psikomotorik. Penilaian afektif dan psikomotorik sebenarnya saling berhubungan,
dalam kondusi tertentu dapat pula dikatakan kedua penilaian ini ada dalam
kebersamaan. Hasil belajar afektif dapat dijadikan menjadi hasil belajar
psikomotorik, manakala peserta didik menunjukan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya,
sehingga akan kelihatan kesamaan dari kedua ranah tersebut. Contohnya, dalam
penilaian hasil belajar afektif yaitu perhatian peserta didik terhadap apa yang
dijelaskan oleh guru, maka dalam penilaian psikomotorik yaitu mencatat bahan
pelajaran dengan baik dan sistematis.
Proses Penilaian Psikomotorik
Terdapat
beberapa jenis penilaian yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan nilai psikomotor
dari peserta didik, diantaranya yaitu dengan mengambil nilai praktik atau
kinerja, proyek, dan portofolio. Beberapa penilaian
tersebut mampu menunjang penilaian psikomotorik yang dilakukan oleh guru,
karena berhubungan dengan kemampuan keterampilan peserta didik dalam
pembelajaran. Tentunya ketiga jenis penilaian dalam penilaian psikomotorik
tersebut mempunyai teknik tersendiri untuk bisa mendapatkan sebuah nilai dari
peserta didik.
Penilaian
praktik lebih menekankan pada langkah- langkah kinerja, kelengkapan dan
ketepatan, dan kemampuan khusus yang dipakai peserta didik.
Manfaat dari penggunaan penilaian dengan menggunakan teknik tersebut untuk
memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam melakukan praktik selanjutnya.
Menurut
Fadillah (2014:216) penilaian keterampilan pada Kurikulum 2013 diambil dari
nilai kinerja peserta didik dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan
portofolio. Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku berupa pembuatan suatu produk tertentu
sesuai dengan tuntutan kompetensi. Oleh karena itu tes praktik dapat pula
disebut tes produk. Tiga tahapan untuk menilai praktik peserta didik yaitu
tahap persiapan, tahap pembuatan produk, dan tahap penilaian produk.
Menurut Arifin
(2012:150) tes perbuatan atau penilaian paraktik ini memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam penerapannya. Kelebihan dari tes perbuatan ini yaitu teknik
penilaian yang satu-satunya digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam
bidang keterampilan, dapat digunakan untuk mencocokkan pengetahuan teori dan
keterampilan praktik. Pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk
mencontek, guru bisa melakukan pengamatan lebih dalam terhadap pribadi peserta
didik. Sementara itu, kelemahannya yaitu memakan waktu yang lama, dalam hal
tertentu membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan, jika sering dilakukan
maka tugas tersebut akan tidak bermakna lagi.
Penilaian
proyek adalah tugas yang dinilai mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengolahan, dan hasil proyek yang sudah jadi. Hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu kemampuan pengolahan oleh peserta didik, relevansi, dan
keaslian. Penilaian praktik dan proyek dapat dilakukan secara bersama, untuk
mendapatkan produk yang akan dijadikan nilai proyek, maka dapat pula menilai
praktik peserta didik dengan menilai proses pembuatan produk tersebut. Penilaian praktik dan proyek ini bisa dilakukan dengan
berkelompok atau dengan individual. Kedua penilaian ini difokuskan pada proses
dan produk yang dihasilkan dari tugas yang telah diberikan oleh guru.
Menurut Suwandi
(2010:93-94) penilaian portofolio adalah sekumpulan karya-karya dari peserta
didik dalam kurun waktu tertentu (satu semester, satu tahun) hingga akhir
periode tersebut nantinya akan dinilai secara keseluruhan. Penelian seperti itu
memungkinkan guru untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan pembelajaran
peserta didik selama periode tertentu. Sementara itu, bagi peserta didik
penilaian portofolio memberikan pengetahuan tentang kelebihan maupun kekurangan
dalam pembelajaran, sehingga dari pengetahuan tersebut akan terus terjadi
perbaikan yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan
kemampuannya dalam pembelajaran.
Pengimplementasian
penilaian psikomotorik di kelas, dalam hal ini guru bisa melakukan penilaian
berbasis kelas. Penilaian ranah psikomotorik bisa
dilakukan dengan daftar cek atau skala penilaian. Daftar cek bisa digunakan
ketika guru mengahadapi subjek dalam jumlah yang besar, kemudian skala
penilaian bisa digunakan dalam jumlah yang sedikit atau terbatas. Unsur-
unsur yang ada dalam pengimplementasian penilaian berbasis kelas yaitu,
penilaian prestasi belajar, penilaian kinerja, penilaian alternatif, penilaian
autentik, dan penilaian portofolio. Tujuan dari penialaian berbasis kelas ini
yaitu untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas hasil belajar dan
untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurut Sudjana
(2009:182) pengukuran ranah psikomotorik biasanya akan disatukan dengan
penilaian ranah kognitif. Komponen penilaian portofolio meliputi catatan guru,
hasil pekerjaan peserta didik, dan data perkembangan peserta didik. Instrumen
yang dapat digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik peserta didik dapat
menggunkan matriks. Isi dari matriks menyatakan tentang perperincian aspek
keterampilan yang akan diukur, ke kanan menunjukan skor yang dapat dicapai.
Skor tersebut nantinya akan dijumlahkan dan dibagi jumlah variabel penilaian
yang hasilnya nanti didapat dan akan dijadikan sebagai nilai psikomotorik
peserta didik. Untuk ranah psikomotorik atau keterampilan dapat didapat dari
hasil penilaian produk, yang dihasikan oleh peserta didik maupun kinerjanya.
Untuk mengukurnya guru bisa menggunakan simulasi, unjuk kerja atau tes
identifikasi. Sama dengan ranah sikap nantinya hasil yang akan didapat akan
diskalakan, salah satunya bisa menggunakan skala 1 sampai 5, yaitu sangat baik
(5), baik (4), cukup (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).
Instruksi Kerja Proses Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor

Contoh Instrumen Penilaian Psikomotor pada Mata Pelajaran Kimia
Standar Kompetensi Lulusan : Memahami
kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor- faktor yang
mempengaruhinya.
Materi :
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator : Diberikan beberapa alat dan bahan,
peserta didik dapat membuat rancangan dan melakukan percobaan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Contoh Soal:
1. Buat
Rancangan percobaan untuk menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju
reaksi
2. Buat
lembar pengamatan
3. Buat
kesimpulan Pedoman Penskoran
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
1
|
Rancangan percobaan
|
|
A. Tujuan percobaan : menentukan
pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
|
1
|
|
B. Hipotesis :semakin luas
permukaan zat yang bereaksi maka laju reaksi makin cepat.
|
2
|
|
C. Alat dan bahan :
Tabung reaksi
Spatula
Timbangan
Stop watch
HCl 1 M
CaCO3 butiran 0,1 gram
CaCO3 serbuk 0,1 gram
|
1
1
1
1
1
1
1
|
|
D.
Cara kerja :
|
2
|
|
2
|
Pengamatan :
CaCO3 butiran 0,1 gram =……… detik
CaCO3 serbuk 0,1 gram =……… detik
|
1
|
3
|
Kesimpulan :
Laju reaksi CaCO3 serbuk lebih
cepat dari CaCO3 butiran karena luas permukaan CaCO3 serbuk lebih luas dari CaCO3
butiran.
|
1
|
Hipotesis terbukti.
Jumlah Skor
|
15
|
Standar Kompetensi Lulusan : Mendeskripsikan sifat larutan, cara pengukuran dan penerapannya.
Materi :
Asam-basa.
Indikator : Peserta didik dapat menentukan
sifat asam-basa suatu larutan jika diberi indikatornya.
Contoh Soal:
Lakukanlah pengujian lima macam
larutan dengan menggunakan larutan indikator dari ekstrak kelopak bunga sepatu
dan bunga telang/terompet! Ujilah kedua ekstrak tersebut dengan air jeruk dan
air kapur terlebih dahulu!
Pedoman
Penskoran :
No
|
Aspek
yang Dinilai
|
Skor
|
A
|
Persiapan
1. Menyediakan alat-alat untuk
percobaan yaitu:
·
pelat tetas (tatakan
cat air)
·
pipet tetes
·
lumpang porselen
(atau alat tumbuk lain)
·
5 buah tabung reaksi
(bisa diganti dengan botol plastik lain)
|
1
1
1
1
|
2. Menyediakan bahan-bahan untuk
percobaan yaitu:
·
mahkota/kelopak
bunga sepatu warna merah
·
mahkota/kelopak
bunga telang/terompet warna merah ungu
·
air/aquades
·
kapur sirih
·
jeruk nipis/cuka
·
5 jenis larutan yang
akan diuji
|
1
1
1
1
1
1
|
|
B
|
Proses
1. Mengekstrak mahkota bunga:
·
menghaluskan mahkota
bunga
·
menambahkan 5 ml air
·
memindahkan ke gelas
kimia
·
mengulangi proses
mengekstrak bunga terompet
|
1
1
1
1
|
2. Melakukan uji pendahuluan
menggunakan air jeruk nipis:
·
meletakkan air jeruk
nipis di kedua lekukan pelat tetes
·
meneteskan 2 tetes
ekstrak bunga sepatu ke air jeruk nipis
·
meneteskan 2 tetes
ekstrak bunga terompet ke air jeruk nipis
|
1
1
1
|
|
3. Melakukan uji pendahuluan
menggunakan air kapur:
·
meletakkan air kapur
di kedua lekukan pelat tetes
·
meneteskan 2 tetes
ekstrak bunga sepatu ke air kapur
·
meneteskan 2 tetes
ekstrak bunga terompet ke air kapur
|
1
1
1
|
|
4. Melakukan uji 5 larutan menggunakan
indikator larutan ekstrak bunga sepatu
5. Melakukan uji 5 larutan
menggunakan indikator larutan ekstrak bunga terompet
|
5
5
|
|
C
|
Hasil Pengamatan :
|
4
|
2. Menuliskan hasil pengamatan
uji kelima larutan menggunakan indikator larutan ekstrak bunga sepatu dan
bunga terompet
|
10
|
|
3. Menyimpulkan hasil uji pada
tahap 2 di atas Larutan yang
diuji Bersifat :
a. asam
b.basa
c. asam
d.basa
|
5
|
INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI
POKOK TITRASI ASAM BASA
1. Kinerja
Proses
Keterangan: titik-titik (………) diisi nama
peserta didik atau nama kelompok peserta didik
2.
Rubrik Penilaian
RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI
POKOK TITRASI ASAM BASA
NO.
|
PERNYATAAN
|
SKOR
|
KRITERIA (RUBRIK) PENSKORAN
|
1
|
Mengecek kelengkapan alat dan
bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum
|
4
|
Peserta didik mengecek seluruh
kelengkapan alat dan bahan (jumlah alat dan bahan)
|
3
|
Peserta didik mengecek seluruh kelengkapan
alat dan bahan, tetapi 1-3 alat atau bahan tidak dicek
|
||
2
|
Peserta didik mengecek seluruh
kelengkapan alat dan bahan, tetapi 4-6 alat atau bahan tidak dicek
|
||
1
|
Peserta didik mengecek seluruh
kelengkapan alat dan bahan, tetapi lebih dari 6 alat atau bahan tidak dicek
|
||
0
|
Peserta didik tidak mengecek
seluruh kelengkapan alat dan bahan
|
||
2
|
Merangkai alat titrasi
|
3
|
Peserta didik merangkai alat
titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum dengan benar
|
2
|
Peserta didik merangkai alat
titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum namun terdapat 1 alat
yang tidak tepat posisinya, seperti posisi kran Buret tepat di tangan kanan
peserta didik
|
||
1
|
Peserta didik merangkai alat
titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum namun terdapat 2 alat
yang tidak tepat posisinya, seperti posisi kran Buret tepat di tangan kanan
peserta didik dan posisi statif ada di sebelah kiri peserta didik
|
||
0
|
Peserta didik tidak merangkai
alat titrasi
|
||
3
|
Menuang Larutan NaOH ke dalam
Buret sampai tepat 100 mL
|
4
|
Peserta didik memasukkan larutan
NaOH ke dalam Buret dengan menggunakan corong kemudian mengeringkan leher
bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
|
3
|
Peserta didik memasukkan larutan
NaOH ke dalam Buret dengan menggunakan corong tanpa mengeringkan leher bagian
dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
|
||
2
|
Peserta didik memasukkan larutan
NaOH ke dalam Buret tanpa menggunakan corong kemudian mengeringkan leher
bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
|
||
1
|
Peserta didik memasukkan larutan
NaOH ke dalam Buret tanpa menggunakan corong dan tanpa mengeringkan leher
bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
|
||
0
|
Peserta didik tidak memasukkan
larutan NaOH ke dalam Buret
|
||
4
|
Mengambil 25 mL larutan HCl ke
dalam Erlenmeyer
|
4
|
Mengambil 25 mL larutan HCl
dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL kemudian membersihkan
bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam
Erlenmeyer dengan memiringkan Erlenmeyer
|
3
|
Mengambil 25 mL larutan HCl
dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL tanpa membersihkan
bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam
Erlenmeyer dengan memiringkan Erlenmeyer
|
||
2
|
Mengambil 25 mL larutan HCl
dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL tanpa membersihkan
bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam
Erlenmeyer tanpa memiringkan Erlenmeyer
|
||
1
|
Menuangkan larutan HCl ke dalam
Erlenmeyer dengan pipet tetes
|
||
0
|
Tidak menuangkan larutan HCl ke
dalam Erlenmeyer
|
||
5
|
Meneteskan larutan NaOH tetes
demi tetes dari Buret
|
4
|
Meneteskan larutan NaOH dari
buret dengan membuka kran buret tetes demi tetes menggunakan tangan kiri dan menggoyang
erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kanan
|
3
|
Meneteskan larutan NaOH dari
buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kiri
dan menggoyang erlenmeyer dengan menggunakan tangan kanan
|
||
2
|
Meneteskan larutan NaOH dari
buret dengan membuka kran buret tetes demi tetes menggunakan tangan kanan dan
menggoyang erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kiri
|
||
1
|
Meneteskan larutan NaOH dari
buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kanan
dan menggoyang erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kiri
|
||
0
|
Meneteskan larutan NaOH dari
buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kanan
dan menggoyang Erlenmeyer dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kiri
|
||
6
|
Membersihan alat-alat yang
digunakan dalam praktikum Titrasi asam basa
|
4
|
Peserta didik membuang limbah
bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat menggunakan
sabun
|
3
|
Peserta didik membuang limbah
bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat tanpa
menggunakan sabun
|
||
2
|
Peserta didik membuang limbah
bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat menggunakan
sabun
|
||
1
|
Peserta didik membuang limbah bahan
kimia tidak di tempatnya dan mencuci alat menggunakan sabun
|
||
0
|
Peserta didik membuang limbah bahan
kimia tidak di tempatnya dan tidak mencuci alat menggunakan sabun
|
||
7
|
Mengatur alat yang digunakan
dalam praktikum Titrasi Asam Basa
|
4
|
Peserta didik menata alat dan
bahan kimia dengan rapi di tempat yang telah disediakan dan mengecek kembali
kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
|
3
|
Peserta didik menata alat dan
bahan kimia tidak rapi di tempat yang telah disediakan dan mengecek kembali
kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
|
||
2
|
Peserta didik menata alat dan
bahan kimia dengan rapi di tempat yang telah disediakan dan tidak mengecek
kembali kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
|
||
1
|
Peserta didik menata alat dan bahan
kimia tidak rapi di tempat yang telah disediakan dan tidak mengecek kembali
kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
|
||
0
|
Peserta didik tidak mengatur
alat di tempat yang disediakan
|
||
8
|
Membersihkan tempat kerja yang
digunakan untuk praktikum TItrasi Asam-Basa kuat
|
3
|
Peserta didik membuang sampah di
tempatnya dan merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
|
2
|
Peserta didik membuang sampah di
tempatnya dan merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
|
||
1
|
Peserta didik membuang sampah di
tempatnya dan tidak merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
|
||
0
|
Peserta didik membuang sampah
tidak pada tempatnya dan tidak merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti
semula
|
PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Kelompok
: …………………
Judul
Percobaan : …………………
No
|
Komponen Laporan
|
Skor
|
|
Maksimal
|
Yang diperoleh
|
||
Judul Percobaan
|
2
|
||
Tujuan Percobaan
|
3
|
||
Dasar Teori
|
15
|
||
Alat dan bahan
|
5
|
||
Prosedur Kerja
|
10
|
||
Data Pengamatan
|
10
|
||
Diskusi dan Pembahasan
|
25
|
||
Kesimpulan
|
10
|
||
Daftar Pustaka
|
5
|
||
Jawaban Pertanyaan
|
10
|
||
Laporan Sementara
|
5
|
||
Total Skor
|
100
|
Rubrik Penilaian Laporan Praktikum Kimia
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Judul Percobaan
|
0
|
Judul percobaan tidak ditulis
|
1
|
Judul percobaan ditulis, tapi
tidak lengkap
|
||
2
|
Judul percobaan ditulis lengkap
|
||
2
|
Tujuan Percobaan
|
2
|
Ditulis seperti petunjuk
praktikum
|
3
|
Tujuan ditulis dalam bentuk ABCD
(audience, behavior, condition, and degree)
|
||
3
|
Dasar Teori
|
5
|
Memuat teori namun kurang
relevan dengan materi praktiku,
|
10
|
Memuat secara singkat teori yang
relevan dengan materi praktikum
|
||
15
|
Memuat secara lengkap teori yang
relevan dengan materi praktikum
|
||
4
|
Alat dan bahan
|
2
|
Alat dan bahan ditulis, namun
tidak lengkap
|
5
|
Alat dan bahan ditulis lengkap
disertai jumlah dan ukuran
|
||
5
|
Prosedur Kerja
|
2
|
Ditulis namun tidak lengkap
|
5
|
Ditulis lengkap tanpa alur kerja
|
||
10
|
Ditulis lengkap beserta alur
kerja
|
||
6
|
Data Pengamatan
|
5
|
Data yang ditulis hanya kondisi
sesudah perlakuan
|
10
|
Data yang ditulis mencakup
kondisi sebelum dan sesudah perlakuan
|
||
7
|
Diskusi dan Pembahasan
|
10
|
Membahas hasil pengamatan tanpa
menghubungkan dasar teori
|
20
|
Menghubungkan hasil pengamatan
dengan dasar teori namun tidak lengkap
|
||
25
|
Menghubungkan hasil pengamatan
dengan dasar teori, dilengkapi dengan perhitungan, grafik, bagan serta
paragraph yang mengarah kepada kesimpulan
|
||
8
|
Kesimpulan
|
5
|
Kesimpulan sesuai dengan hasil
praktikum tetapi tidak mengarah kepada tujuan praktikum
|
10
|
Kesimpulan sesuai dengan hasil
praktikum dan mengarah kepada tujuan praktikum
|
||
9
|
Daftar Pustaka
|
2
|
Tidak semua sumber pustaka
ditulis
|
3
|
Semua sumber pustaka ditulis
namun ada satu atau lebih sumber pustaka yang tata tulisnya kurang benar
|
||
5
|
Semua sumber pustaka dtulis dan
tata tulisnya sudah benar
|
||
10
|
Jawaban Pertanyaan
|
10
|
Semua pertanyaan yang ada
dijawab dengan benar
|
11
|
Laporan Sementara
|
0
|
Laporan sementara tidak
dilampirkan
|
5
|
Laporan sementara dilampirkan
|
PENILAIAN
AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
Jenjang
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata
pelajaran : Kimia
Kelas/
semester : XII/ 1
Alokasi
waktu : 2
X 45 menit
A. Standar Kompetensi : Menjelaskan sifat-sifat
koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit.
B. Kompetensi Dasar : Menjelaskan
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan
tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
C. Indikator
I. Aspek Afektif
a. Menunjukkan
sikap menghargai pendapat teman lain.
b.Mengikuti
kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh.
II. Aspek Psikomotor
a. Melakukan
percobaan dengan terampil.
KISI-KISI
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Nama Instrumen : Instrumen Penilaian Afektif
Jenjang/kelas : SMA/XI
Mata Pelajaran : Kimia
Kurikulum : Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
Variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Jumlah
soal
|
Nomor
Soal
|
Rubrik
Penilaian Afektif
|
sikap
terhadap mata pelajaran
|
Memperhatikan
penjelasan guru.
|
1
|
1
|
sikap
terhadap guru mata pelajaran,
|
Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
|
1
|
7
|
|
sikap
terhadap proses pembelajaran,
|
Mengikuti
pembelajaran dengan serius.
|
1
|
2
|
|
Mengikuti
diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
|
1
|
3
|
||
Bekerjasama
dalam kelompok
|
1
|
4
|
||
Mengungkapkan
gagasan
|
1
|
6
|
||
sikap
terhadap materi pembelajaran,
|
Menjelaskan
kembali pembelajaran dengan konteks lain.
|
1
|
8
|
|
Menyimpulkan
hasil pembelajaran.
|
1
|
9
|
||
sikap
berhubungan dengan nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui
materi tertentu
|
Menghargai
pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
|
1
|
5
|
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Tujuan : Lembar Penilaian Aspek Afektif
digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi
tentang minat dan motivasi siswa saat proses pembelajaran
berlangsung.
Petunjuk : 1. Amati komponen afektif yang tampak dalam proses
pembelajaran.
2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan
pengamatan.
3.
Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Nama
Siswa
|
||||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
|
||||
1.
|
Memperhatikan
penjelasan guru.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Mengikuti
pembelajaran dengan serius.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Mengikuti
diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Bekerjasama
dalam kelompok.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Menghargai
pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Mengungkapkan
gagasan
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
7.
|
Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
8.
|
Menjelaskan
kembali pembelajaran dengan konteks lain.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
9.
|
Menyimpulkan
hasil pembelajaran.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah
|
Keterangan
: Sangat baik (2), Baik (1), Tidak
Baik (0)
Jambi, ........................ 2019
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Jambi, ........................ 2019
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Rentang Penilaian:
1. Memperhatikan
penjelasan guru
ü Sangat
baik (memperhatikan guru dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan
antusias dalam pembelajaran) = 2
ü Baik (memperhatikan
penjelasan guru, sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü Tidak
baik (tidak memperhatikan penjelasan guru, sering bercanda dengan teman)
= 0
2. Serius
dalam mengikuti pembelajaran
ü Sangat
baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bercanda selama
pembelajaran) = 2
ü Baik (antusias
dalam mengikuti pembelajaran, sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü Tidak
baik (tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, sering bercanda dengan
teman) = 0
3. Mengikuti
diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh
ü Sangat
baik (mengikuti diskusi dalam kelompok dengan sungguh-sungguh) = 2
ü Baik (mengikuti
diskusi kelompok sesekali sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü Tidak
baik (tidak mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh) = 0
4. Kerjasama
dalam diskusi
ü Sangat
baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok diskusi) = 2
ü Baik (melakukan
kerjasama bersama teman kelompok sesekali saja) = 1
ü Tidak
baik (tidak melakukan kerjasama dengan teman kelompok diskusi) = 0
5. Menghargai
pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
ü Sangat
baik (menerima pendapat teman, mengomentari dengan tingkah laku yang
sopan) = 2
ü Baik (menerima
pendapat teman dengan tingkah laku yang kurang sopan) = 1
ü Tidak
baik (tidak menghargai pendapat teman dan hanya menyalahkan saja) = 0
6. Mengungkapkan
gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
ü Sangat
baik (dapat mengungkapkan gagasan yang baik dan sesuai dengan pembelajaran
yang dilakukan) = 2
ü Baik (dapat
mengungkapkan gagasan yang kurang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan)
= 1
ü Tidak
baik (tidak dapat mengungkapkan gagasan sedikitpun) = 0
7. Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman
ü Sangat
baik (menjawab Pertanyaan yang diajukan guru atau teman dengan jawaban
yang sesuai dengan yang ditanyakan) = 2
ü Baik (menjawab
pertanyaan yang diajukan guru atau teman kurang tepat dari yang ditanyakan)
= 1
ü Tidak
baik (tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru) atau teman = 0
8. Mampu
menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan konteks lain.
ü Sangat
baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan
contoh lain yang diajukan guru) = 2
ü Baik (dapat
menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang
diajukan guru tetapi kurang terstruktur) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan contoh lain yang diajukan guru) = 0
9. Mampu
menyimpulkan hasil pembelajaran.
ü Sangat
baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan) = 2
ü Baik (dapat
menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai = skor yang peroleh /18 x
100
Keterangan:
A :
81-100 Sangat Baik
B :
61-80 Baik
C :
41-60 Cukup
D :
≤ 40 Kurang
KISI-KISI
LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTOR
Nama Instrumen : Rubrik Penilaian Psikomotor
Jenjang/kelas :
SMA/XI
Mata Pelajaran : Kimia
Kurikulum : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTOR
Tujuan : Lembar
Penilaian Aspek Psikomotor digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi
tentang keterampilan siswa saat praktikum berlangsung.
Petunjuk :
1. Amati komponen psikomotor yang
tampak selama praktikum.
2. Ambil posisi tidak jauh dari
kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
3. Berilah tanda √ pada jalur yang
sesuai.
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Nama
Siswa
|
||||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
|
||||
1.
|
Menyiapkan
alat dan bahan.
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Cara
merangkai alat
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Keterampilan
membuat campuran pendingin
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Meletakkan
gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Keterampilan
mengukur suhu dengan thermometer
|
0
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Keterangan
: Sangat baik (2), Baik
(1), Tidak Baik (0)
Jambi, ........................ 2019
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Jambi, ........................ 2019
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Rentang Penilaian
1. Menyiapkan
alat dan bahan
ü Sangat
baik (Semua alat bahan lengkap dipersiapkan dan tepat pada waktunya)
= 2
ü Baik (Alat
dan bahan kurang lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada
waktunya) = 1
ü Tidak
baik (Alat dan bahan tidak lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada
waktunya) = 0
2. Cara
merangkai alat
ü Sangat
baik (dapat merangkai alat kesekuruhan) = 2
ü Baik (dapat
merangkai alat sebagian saja) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat merangkai alat) = 0
3. Keterampilan
membuat campuran pendingin
ü Sangat
baik (dapat membuat campuran pendingin kesekuruhan) = 2
ü Baik (dapat
membuat campuran pendingin sebagian saja) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat membuat campuran pendingin) = 0
4. Meletakkan
gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
ü Sangat
baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan ) = 2
ü Baik (dapat
menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja ) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
5. Keterampilan
mengukur suhu dengan termometer
ü Sangat
baik (dapat mengukur suhu, tanpa bertanya dengan teman/guru) = 2
ü Baik (dapat
mengukur, dengan bertanya dengan teman/guru) = 1
ü Tidak
baik (tidak dapat mengukur suhu) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai =skor yang diperoleh / 10 x
100
Permasalahan
Bagaimanakah
cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai
dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ? dan
bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan
maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
Menanggapi pertanyaan pertama tentang bagaimana cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia, sebenarnya dari uraian rini serta contoh-contoh rubrik penilaian afektif dan psikomotorik di atas sudah menjawab pertanyaan ini. Contoh yang rini berikan sudah cukup bagus dan dapat digunakan sebagai rubrik penilaian, tinggal disesuaikan dengan materi pembelajarannya saja.
BalasHapusbagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
BalasHapusmemang ada banyak kendala dalam pengaplikasian ribrik penilaian diantaranya : Pertama, kendala yang dialami oleh guru-guru adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran.
hal ini terjadi tentu karena guru belum terbiasa dengan proses penilaian seperti itu dan dibutuhkan kerja keras dari guru untuk mneyelesaikan tugas tsb,
sependapat dengan esa, bahwa dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam menilai siswa maka guru juga harus terus introspeksi diri apakah sudah objektif atau belum, dan terus menganalisis faktor apa saja yang menghambat dalam penilaian tsb. sehingga jika ini menjadi kebiasaan maka guru dapat menilai dengan lebih baik lagi
HapusBagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ? dan bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
BalasHapus.
Saya setuju dengan Kak Nelly, untuk menjawab bagaimana kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 dalam menyusun isntrumen penilaian maka Uraian yang Rini buat sudah menggambarkan kesesuaian kaidah tersebut. Terutama dalam merancang penilaian psikomotor, Rini sudah menjabarkan beberapa instrumen seperti Rubrik soal, Rubrik Lembar Observasi, Rubrik penilaian portofolio dimana menurut saya itu sudah sesuai dengan indikator yang hendak rini capai. Karena prinsip utama dalam membuat penilaian itu adalah dapat mengukur indikator yang hendak dicapai. Saya rasa yang Rini buat sudah mengukur indikaotr yang hendak dicapai. Lalu cara antisipasi dalam menyusun dan menilai rubrik penilaian adalah saya pernah berbincang dengan Kak Nelly yang sudah menjadi senior dalam bidang keguruan beliau mengatakan karena terlalu sulit menilai aspek afektif siswa satu per satu maka digunakan jurnal penilaian selama proses pembelajaran sehingga seluruh kegiatan yang menonjol dapat dicatat didalam jurnal sehingga guru tidak perlu keteteran dalam menilai siswa dari segi afektif.
sependapaat dengan kaka fani bahwa cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 dengan cara menjabarkan beberapa indikator pencapaian dari rubrik Karena prinsip utama dalam membuat penilaian itu adalah dapat mengukur indikator yang hendak dicapai.
Hapuspenyusunan rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013. penjabaran nya haruslah sesuai dengan indikator dan tujuan. sesuaikan apa yang ingin diukur dengan alat pengukurnya.
HapusBagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ?
BalasHapuslangkah pertama telaah KI dan KD pada materi contoh materi asam basa, kemudian di dalam praktikumnya apa yang hendak kalian tuntut dari mereka saat praktikum lalu tuliskan hal tersebut dalam kisi-kisi kemudian buatlah rubriknya. untuk afektif pun sama saja tinggal dipilih jenis yang paling sesuai dengan style anda dan yang terbaik dalam penilaian
Bagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ?
HapusSaya sepndapt dengan saudari tri,
Hal yg kita perhatikan pertama KI, KD dan indikator yg kita buat dari salah satu materi kimia,
Setelah kita memiliki kisi_kisnya kita bisa mulai membuat rubrik penilaiannya yg kita sesuaikan dengan apa yg ingin kita capai.
Saya setuju dengan teman temana. Dalam menyusun sebuah rubrik yg sesuai dengan kaidah kurikulum 2013 tidak lepas dari KI dan Kd dalam suatu materi.
Hapussaya akan menjawab pertanyaan rini :
BalasHapusbagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
saya sependapat dengan esa dengan kendala pertama yang dialami oleh guru-guru adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran hal ini terjadi tentu karena guru belum terbiasa dengan proses penilaian seperti itu dan dibutuhkan suatu usaha, kerja keras dan pengalaman dari guru untuk menyelesaikan tugas .
bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
BalasHapusmenurut saya yaitu dnegan meminimalisisr keborosan waktu dan keinginan yang terlalu perfect ingin menilai harus dengan rubrik yang rumit, sesuaikan dengan kemampuan diri, pilih rubrik yang sesuai dengan materi dan apa yang harus dinilai tidak harus yang selalu rumit namunmampu menilai secara keseluruhan. setuju dengan pendapat fanny contohnya seperti penilaian afektif siswa,, tidak perlu guru menuliskan keterangan atau mengisi rubrik yang rumit satu persatu saat dikelas, cukup dengan menuliskan jurnal harian atau mingguan sikap yang menjol baik dan buruk dikelas, sehingga bisa kita rekap di harian atau minggu juga persiswanya jika aada waktu senggang, bukan dijam pelajaran karena akan sangat menghabiskan waktu
saya sependapapt dengan melda, kendala yang mungkin muncul saat penyusunanan biasanya pada saat pembuatan deskriptor agar tidak bias dan ambigu memerlukan waktu yang mungkin cukup panjang, jadi meminimalisir waktu akan cukup efektif utk mengurangi kendala yang muncul. sedikit tambahan, bahwa setiap kendala yang muncul mungkin muncul sebenarnya dapat diatasi dengan guru terus mengasah kemampuannya dalama menyusun rubrik penilaian, rubrik penilaian yang baik yakni rubrik yang reliabel, relevan, spesifik, sesuai kebutuhan dan selalu mengalami perbaikan tiap waktunya saat diaplikasikan. jika hal ini sudah dilakukan guru, saya rasa tidak akan ada kendala yang berarti yang akan muncul pada saat penyusunan maupun saat pengimplementasian rubrik.
Hapusbagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
BalasHapusartinya rubrik ini harus melalui proses validasi oleh ahli. atau jika memang instrumen berasal dari badan yang terakreditasi maka guru benar" harus objektif dalam menilai dan penilaian dilakukan pada saat itu juga