Langsung ke konten utama
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance), observasi selama kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur). Penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk. Kunandar menyatakan, bahwa penilaian otentik antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik juga dapat digunakan untuk menjamin informasi yang sebenar-benarnya tentang kemampuan atau kompetensi peserta didik.
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Prinsip-prinsip Penilaian Otentik
Sebagai bagian dari kurikulum 2013, penilaian otentik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Namun disini guru mempunyai posisi yang sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran. Untuk itu penilaian otentik harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip diantaranya adalah:
a.     Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b.  Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c.   Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d.   Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e.  Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihakpihak yang berkepentingan.
f.     Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g.   Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
i.    Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Ciri-ciri penilaian autentik
a.       Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
b.      Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
c.       Menggunakan berbagai cara dan sumber.
d.      Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
e.       Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata setiap hari.
f.    Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan keluasannya (kuantitas).

Karakteristik penilaian autentik
a.      Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b.  Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c.  Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.
d.   Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; penilaian harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).

Penilaian autentik dalam pembelajaran kimia
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Kimia harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara terpadu.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1.   Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not apart from instruction),
2.    Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4.  Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.

1. Penilaian Sikap
Dalam Kurikulum 2013, kompetensi sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan melalui pengamatan (observasi), jurnal, penilaian diri, atau penilaian antar teman.
Contoh Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Kimia yang berkaitan dengan Kompetensi Inti sikap sipritual (KI-1) dan sikap social (KI-2);

Pengamatan dapat menggunakan lembar pengamatan dalam bentuk daftar cek atau skala penilaian, dilakukan pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung. Pengamatan sikap dalam Kimia misalnya kerjasamadan santun dapat dilakukan pada kegiatan kerja kelompok. Sedangkan pengamatan sikap disiplin, jujur, mampu membedakan fakta dan opini, serta teliti dapat dilakukan saat melakukan percobaan (eksperimen) Kimia.
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal yang dibuat oleh guru dapat berisi perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut. Jurnal dapat memuat penilaian terhadap peserta didik pada aspek tertentu secara kronologis.

Contoh jurnal yang dibuat oleh guru Kimia kelas X:

Penilaian diri (self assessment) merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Contoh penilaian sikap tersebut misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan perasaannya terhadap pembelajaran Kimia berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian ranah keterampilan misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berkaitan dengan mata pelajaran Kimia berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian ranah pengetahuan misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari mata pelajaran Kimia berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri memiliki beberapa manfaat. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
Penilaian antar teman adalah penilaian yang dilakukan terhadap sikap seorang peserta didik oleh peserta didik lainnya dalam suatu kelas atau rombongan belajar. Penilaian ini untuk melatih peserta didik menjadi pembelajar yang baik. Instrumen yang digunakan sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antartemanantara lain:
a.     Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik;
b.  Dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda;
c.      Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik;
d.     Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik.

Contoh format penilaian antar peserta didik pada waktu diskusi kelompok mata pelajaran Kimia

2. Penilaian Pengetahuan
Kompetensi siswa pada aspek pengetahuan dapat diukur melalui tes dan nontes. Bentuk tes yang digunakan antara lain adalah tes tertulis (uraian, pilihan ganda, isian, benar salah, dll), tes lisan, dan/atau tes praktik. Sedangkan, bentuk nontes dapat dilakukan melalui tugas-tugas yang diberikan, baik tugas menjawab soal, atau tugas membuat laporan tertulis.

Tes Tertulis
Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran kimia tetap lazim dilakukan. Tes tertulis dapat berupa memilih atau mengisi jawaban. Memilih jawaban dapat berbentuk pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mengisi jawaban terdiri atas isian/ melengkapi, jawaban singkat/ pendek, dan uraian. Butir soal yang disusun harus memenuhi kaidah penulisan butir soal yang meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk uraian, hendaknya guru Kimia memberi kesempatan peserta didik untuk memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tertulis berbentuk uraian pada mata pelajaran Kimia biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada pendidik untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

Tes Lisan
Tes lisan dalam pembelajaran kimia adalah tes yang menuntut peserta didik memberikan jawaban secara lisan. Meskipun jawabannya secara lisan bukan berarti bahwa pertanyaan yang diajukan hanya menyangkut tingkat berpikir rendah (low order thinking), tetapi dapat juga diajukan pertanyaan yang menuntut penalaran dan berpikir kritis. Oleh karena itu dalam melaksanakan tes lisan, guru Kimia perlu menyiapkan daftar pertanyaan yang disampaikan melalui tanya jawab secara langsung dengan peserta didik. Kriteria tes lisan dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut:
a.   Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai;
b.      Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada;
c.       Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam mengkontruksi jawabannya sendiri;
d.      Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.
Contoh pertanyaan pada tes lisan:
a. Bagaimana cara memberi nama senyawa hidrokarbon?
b. Senyawa apa yang terbentuk pada reaksi pembakaran hidro karbon.

Penugasan
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh tugas Kimia: ”Membuat bahan presentasi mengenai bahan bakar alternatif selain minyak bumi dan gas alam”.

3. Penilaian Keterampilan
Ada dua ranah keterampilan yang dapat dikembangkan sesuai dengan kompetensi lulusan tingkat SMA yang diharapkan, yaitu ranah abstrak dan ranah konkret. Pada ranah abstrak cenderung pada keterampilan seperti menyaji, mengolah, menalar, dan mencipta dengan dominan pada kemampuan mental (berpikir) tanpa bantuan alat. Sedangkan untuk ranah konkret cenderung pada kemampuan fisik seperti menggunakan alat, mencoba, membuat, memodifikasi, dan mencipta dengan bantuan alat. Penilaian aspek keterampilan dapat dilakukan melalui tes praktik, proyek, atau portofolio.

Tes Praktik
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik pada waktu melakukan praktik Kimia. Dalam tes praktik perlu dibuat rubrik penilaian, yaitu daftar kriteria yang menunjukkan kinerja dan aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan praktik di laboratorium, misalnya praktik mengenai “Daya hantar listrik pada berbagai larutan”.
Contoh rubrik penilaiannya sebagai berikut:

Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project based assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek dapat mengukur pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari pendidik.
a.     Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b.   Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c.      Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan dan hasil proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.Contoh tugas proyek Kimia: “Membuat bahan bakar alternative selain minyak bumi dan gas alam dari bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik”.

Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik mata pelajaran Kimia. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh pendidik, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru Kimia akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya peserta didik dalam menyusun atau membuat laporan praktikum Kimia selama satu semester. Atas dasar penilaian itu, pendidik dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran Kimia.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a.     Pendidik menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b.    Pendidik atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c.  Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan pendidik menyusun portofolio pembelajaran.
d.    Pendidik menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e.      Pendidik menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f.    Jika memungkinkan, pendidik bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g.    Pendidik memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

Contoh penilaian portofolio:
1. Ruang lingkup:
a.  Karya portofolio yang dikumpulkan adalah seluruh hasil laporan praktikum Kimia kelas X semester 2.
b.   Setiap laporan hasil praktikum dikumpulkan selambat-lambatnya satu minggu setelah peserta didik melaksanakan praktikum.
c.     Penilaian karya portofolio terpilih dilaksanakan satu minggu sebelum Ulangan Akhir Semester 2.

2. Uraian tugas portofolio
a.     Buatlah laporan praktikum Kimia untuk seluruh kegiatan praktikum selama semester 2.
b.    Penilaian laporan praktikum meliputi: persiapan, pelaksanaan, dan hasil praktik.
c.     Pilihlah (peserta didik bersama guru) tiga karya portofolio terbaik untuk dinilai.

Dalam penilaian autentik, terdapat berbagai macam bentuk penilaian otentik yang harus digunakan pendidik untuk menilai kinerja atau hasil kerja siswa. Apakah dalam setiap materi harus dilakukan semua bentuk penilaian tersebut, jika tidak apa tolak ukur yang dapat digunakan bahwa kita hanya dapat menggunakan beberapa penilaian saja untuk melihat hasil atau kinerja peserta didik ? Kemudian bagaimana menilai autentik dari tugas yang diberikan dirumah ? Bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain ?

Komentar

  1. Menjawab pertanyaan bagaimana menilai secra autentik dari tugas yang diberikan dirumah serta bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain adalah dengan memberikan tugas yang layak dan kondusif untuk dikerjakan di rumah seperti tugas dalam bentuk proyek dan bisa dikerjakan secara berkelompok. Kemudian untuk membuktikan bahwa tugas tersebut benar-benar dikerjakan sendiri oleh siswa adalah dengan membuat penilaian presentasi proyek. Jika siswa tersebut mengerjakannya sendiri (bukan orang lain) maka seyogyanya dia akan mampu menjelaskan secara detail tentang proyeknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kak nelly bahwa guru sebaiknya memilih dengan baik tugas apa yang layak diberikan kepada siswa untuk dikerjakan dirumah. seperti yang kak nelly katakan, bahwa untuk pekerjaan rumah sebaiknya tugas proyek, jika masih ingin memberikan siswa tugas sebaiknya guru memberikan siswa pertanyaan (jika tugasnya berupa tes tulis) berstruktur yang meminta siswa untuk berpendapat menurut persepsinya, jika ini dilaksanakan saya rasa akan kecil kemungkinan kecurangan dalam pembuatan tugas. atau bisa juga dengan memvariasikan soal jadi antara 1 siswa dengan siswa lain mengerjakan soalyang berbeda-beda (disini tentunya gurunya harus kreatif dan cekatan).

      Hapus
    2. Saya setuju dengan kk nelly dan kk rini. Bisa dengan memberikan tugas berupa proyek dan dalam melaksanakannya diminta untuk membuat video atau merekam dari awal proses pembuatan proyek hingga proyek itu selesai dan siap di presentasikan tentunya juga videonya nnti akan di tayangkan di kelas jadi guru tau siapa saja yang bekerja dan bagaimaan mereka melakukan tugasnya. Dan juga di lengkapi dengan laporan individu.

      Hapus
    3. saya sependapat dengan teman-teman sekalian bahwa dengan memberikan tugas yang layak yang nantinya akan dipahami oleh siswa dan dikerjakan secara berkelompok sehingga adanya diskusi seperti tugas proyek dan dibuktikan dengan rekaman video / foto, laporan individu serta penilaian presentasi proyek sehingga dari situ dapat dilihat siapa yang benar-benar bekerja.

      Hapus
    4. Saya sependapat dengan teman2 di atas,
      Bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain ?

      Bisa dengan memberikan projek yg harus di buat oleh siswa baik itu secara individu dan juga secara kelompok.
      Dan harus dipahami juga bahwa Prioritaskan tugas di rumah. Mungkin ini sulit kalau anak Anda punya segunung PR setiap hari. Tapi, menurut buku The Price of Privilege, tidak memberikan tugas demi nilai yang bagus di sekolah adalah ”prioritas yang salah”. Seperti yang telah disebutkan, dengan mengerjakan tugas di rumah, anak bisa menjadi murid yang lebih baik.

      Dan jika proyek tugas tsb hasil nya kurang memuaskan, biasa di diskusikan kembali di kelas

      Hapus
  2. bagaimana menilai autentik dari tugas yang diberikan dirumah ? yaitu dengan memberikan lembar kerja peserta didik dan mencari literatur yang kemudian dibuat dalam bentuk portofolio
    Bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain ? sebagai pendidik kita harus dapat mengetahui pemahaman peserta didik, terkadang juga mereka membuat tugas yang jawabannya belum guru ajarkan. dan ketika ditanya mereka tidakmampu untuk menjawabnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan suadari tri,
      Semua tugas yg kita berikan merupakan tolak ukur untuk melihat seberapa pahamkah siswa denga apa yg ia plajari,
      Oleh sebab itu nilailah sesuai dengan rubrik yg telah dirancang, nilai dengan keadaan yg sebenarnya, inilah yg dilatakan otentik, alat ukur dan yg diukur itu sesuai.

      Hapus
  3. Menjawab permasalahan di atas, dalam penilaian autentik tidak semua penilaian di gunakan dalam menilai, seharusnya dilihat dahulu dari silabus, KI, KD, serta Indikator. Karena di dalam silabus telah dijabarkan apa yang seharusnya di nilai seperti ada tugas uraian, portofolio dan tugas lainnya. Tinggal kita sebagai guru saja yang mengembangkan penilaian apa yang valid dan reliabel untuk menilai aspek tersebut.

    Lalu untuk permasalahan berikutnya, saya setuju dengan Kak Nelly jika menilai untuk pembelajaran dirumah kita harus melihat kelayakan tugas yang diberikan misalnya tugas proyek, dan setelah dipersentasikan pasti akan tampak siapa yang mengerjakan tugasnya. Namun walaupun bukan dia yang mengerjakan setidaknya anak tersebut paham dan mengerti terhadap proyek yang dia sampaikan setidaknya ada usaha dalam dia mengerjakan. Lalu bisa juga memberikan tugas seperti sistem blog dimana semua orang harus membuat suatu blog dan saling menkomentari blog speerti yang kita lakukan. Tugas itu bisa kita jadikan contoh untuk tugas dirumah, apabila siswa tidak membuat blog dan tidak banyak berkomentar tentu akan rugi pada dirinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan saudari rifanny, tidak semuanya dalam penilaian harus dilakukan. semua berdasar pada perencanaan yang sudah kita buat. bentuk evaluasi yang kita lakukan sesuai dengan apa yang sudah kita rencanakan.

      Hapus
  4. saya setuju dengan pendapat teman-teman diatas, dimana guru harus mampu mengenali kemampuan peserta didik. tugas-tugas mandiri yang dikerjakan dirumah harus didesain / diberikan petunjuk pengerjaan sehingga dapat dimengerti oleh siswa

    BalasHapus
  5. menjawab permasalahan bagaimana menilai autentik dari tugas yang diberikan dirumah ? menurut saya sesuaikan dengan materinya dulu apakah pantas materi ini diberi tugas kognitif atau soal-soal saja, ataukah bisa dengan bentuk portofolio atau dengan membuat proyek. nah jika kita telah tau tolak ukur yang seharusnya ingin kita ketahui dari siswa maka kita seharusnya memiliki format penilaian untuk tugas tersebut sehingga kita dapat menilai tugas siswa yang dikerjakan dirumah dengan baik.

    Bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain ? sebagai seorang guru tentu kita akan terlatih dan terbiasa memahami karakter, kemampuan dan psikologi siswa. saat telah mengetahui hasil dari tugas siswa, kita bisa membandingkan dengan nilai materi sbelumnya, kemudian keaktifan siswa dikelas saat materi tersebut dan jika memang nilainya lebih tinggi dari sbelumnya namun siswa tersebut tidak aktif saat materi tersebut maka kita perlu menanyakan atau menguji nya kembali saat dikelas. karena ada yang diragukan, proses belajar dikelas tidak nyambung dengan nilai yang diperoleh. dari situ kita bisa tau apa benar siswa ini mengerjakan sendiri, atau hanya copy paste punya temannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kak melda mengenai Bagaimana membedakan antara tugas yang dibuat sendiri oleh siswa atau yang dibantu orang lain ?
      menurut saya cara kita mengeceknya dengan membahas kembali tugas tersebut dikelas lalu menanyakan tugas itu serta dapat pula dengan milihat keaktifan siswa dikelas mengenai tugas itu

      Hapus
  6. Tentu akan sulit membedakan antara tugas yg dikerjakan sendiri oleh siswa atau dikerjakan orang lain, jika berupa tulisan tangan maka cara membedakannya hanya melihat perbedaan tulisan, atau dengan cara menanyakan ulang tugas yang telah siswa tuliskan. Namun hal itu juga kurang efektif. Dan saya setuju dengan teman-teman diatas, bahwa kita harus menemukan solusi dan teknik yg bagus agar minimnya terjadi manipulatisi tugas, salah satu contoh nya adalah tugas berupa proyek.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARANKIMIA Pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diterima siswa di SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu pembelajaran kimia dituntut untuk mempelajari ini dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Ilmu kimia merupakan produk temuan saintis dan proses. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada pendidikan menghendaki adanya pendekatan ilmiah didalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang dimaksud disini adalah pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

MATERI 6

KEMAMPUANARGUMENTASI SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA Argumentasi Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk (2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Menurut Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat