Langsung ke konten utama

MATERI 6




Argumentasi Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk (2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide.
Menurut Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat pemahamannya. Selanjutnya tiga fase kemampuan argumentasi siswa. Pada fase pertama yaitu Claim yang merupakan pernyataan muncul pada fase untuk mengawali pembelajaran. Menurut Tan (2003) dalam Ade Cyntia, dkk (2016) dalam fase claim pernyataan berupa masalah muncul dari pemikiran setiap siswa. Dan pada fase ini siswa membuat daftar berupa pernyataan mengenai identifikasi masalah, rumusan masalah, serta analisis masalah. Pada fase kedua yaitu Evidence merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan menggunakan data sebagai bukti. Dalam fase ini siswa berdiskusi terkait daftar permasalahan dan mencari bukti yang mendukung pernyataan awal terkait masalah. Semua informasi yang masing-masing individu peroleh didiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat digunakan sebagai data pendukung. Pada fase ketiga yaitu Reasoning sebagai pembenaran terkait pernyataan dan bukti yang digunakan. Siswa dalam kelompok melaporkan dan menyajikan solusi hasil diskusi. Selama presentasi siswa memberi penjelasan terkait solusi permasalahan hasil diskusi. Kemampuan menjelaskan dan memberi pembenaran berdasarkan pernyataan yang didukung oleh data merupakan bagian dari kemampuan menciptakan argumen.
Matuk (2015) kemampuan argumentasi dapat terbentuk karna pada kegiatan pembelajaran melibatkan gambar dan video, melakukan penemuan atau adanya data relevan yang disediakan, menggunakan model pembelajaran kooperatif, memberi kesempatan memepersentasikan kemampuan argumentasi, sintaks model pembelajaran yang sesuai dan mendukung serta merangsang metakognitif siswa, bahwa salah satu syarat terbentuknya kemampuan argumentasi adalah terciptanya suasana belajar yang meransang siswa untuk melakukan aktivitas argumentasi, 26 penggunaan model kooperatif learning yang mengandung sintaks mendukung susasana argumentatif, dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kelengkapan argumentasinya.
Menurut Siswanto, dkk (2014) gagasan penting dalam pembekalan keterampilan beragumentasi kepada siswa yaitu bahwa keterampilan beragumentasi berperan penting dalam membangun suatu eksplenasi, model dan teori dari suatu konsep yang dipelajarinya. Model pembelajaran pembangkit argumentasi dirancang untuk melatih keterampilan siswa yamg meliputi keterampilan dalam mengajukan klaim, data, pembenaran, dukungan dan sanggahan berdasarkan pada permasalahan yang diberikan.
Berdasarkan definisi tersebut tentang argumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa argumentasi merupakan sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan, dengan didukung oleh fakta-fakta, sehingga mampu meyakinkan dan membuktikan bahwa pendapat tersebut benar atau tidak. Kriteria pertama dari argumen yaitu claim merupakan sebuah opini atau pendapat yang dikemukakan oleh seseorang atau sebuah kesimpulan yang ingin diterima oleh orang lain. Kriteria kedua dari argumen adalah dukungan yang disediakan untuk klaim baik berupa bukti dan penalaran yang menghubungkan bukti dengan klaim. Bukti merupakan sesuatu yang dapat membuat audien menerima dan dapat digunakan untuk mendukung klaim yang tidak diterima. Kriteria ketiga dari argumen adalah berusaha untuk mempengaruhi seseorang yang berada dalam ketidaksetujuan. “Berusaha untuk mempengaruhi” adalah sangat penting menentukan sukses dan tidaknya pendapat seseorang. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek-aspek dalam beragumentasi yang akan dipakai dalam instrument kemampuan argumentasi adalah claim, evidence, dan reasoning.
Contoh bagan tahap-tahap pembelajaran inkuiri kemampuan argumentasi siswa pada konsep koloid
Tiga komponen argumentasi ilmiah dijelaskan sebagai berikut :
1.   Klaim: pernyataan tentang fenomena atau kejadian.
2. Bukti: fakta dari pengukuran dan pengamatan, yang dikumpulkan selama investigasi, yang mendukung klaim.
3.   Alasan ilmiah: fakta ilmiah atau pengetahuan yang menjelaskan hubungan antara bukti dan klaim.
Komponen-komponen argumentasi ilmiah tersebut dapat diilustrasikan melalui kerangka menurut Sampson dan Schleigh (2013), kerangka ini juga dapat mengilustrasikan beberapa kriteria yang dapat dan harus digunakan untuk mengevaluasi manfaat dari argumentasi ilmiah yang disajikan dalam gambar dibawah. Berdasarkan kerangka Gambar dibawah, klaim adalah dugaan, kesimpulan, penjelasan, atau pernyataan deskriptif yang menjawab pertanyaan penelitian. Klaim tersebut sesuai dan didukung oleh komponen bukti yang mengacu pada pengukuran, pengamatan, atau bahkan temuan dari penelitian lain yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan oleh para peneliti. Kemudian bukti ini didukung dan dijelaskan oleh sebuah pembenaran. Pembenaran komponen bukti dari argumen ini adalah satu atau dua pernyataan yang menjelaskan pentingnya dan relevansi bukti dengan menghubungkan ke prinsip tertentu, konsep, atau asumsi yang mendasarinya.
Kerangka dari komponen-komponen argumentasi ilmiah dan beberapa kriteria yang dapat dan harus digunakan untuk mengevaluasi manfaat dari argumentasi ilmiah
Di samping komponen struktural dari argumen, kerangka pada Gambar diatas juga menyoroti beberapa kriteria empiris dan teoritis yang dapat dan harus digunakan untuk mengevaluasi kualitas atau manfaat argumen peserta didik dalam ilmu pengetahuan. Kriteria empiris meliputi :
a)      seberapa baik klaim cocok dengan semua bukti yang ada,
b)      kecukupan bukti yang disertakan dalam argumen,
c)      kualitas bukti (yaitu validitas dan reliabilitas), dan
d)      daya prediksi dari klaim.
Kriteria teoritis meliputi :
a)      kecukupan klaim (yaitu, meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan),
b) kegunaan klaim (misalnya, memungkinkan kita untuk terlibat dalam pertanyaan baru atau memahami fenomena, dan
c)      bagaimana kesesuaian klaim dengan penalaran dan teori-teori lainnya sesuai hukum yang berlaku (Sampson dan Schleigh, 2013).
Sedangkan menurut Toulmin (2003), argumentasi terdiri dari unsur-unsur berikut: a) Klaim, merupakan pernyataan yang disajikan dalam menanggapi sebuah masalah, b) Data, meliputi bukti atau dukungan pada saat klaim dibuat, c) Warrant/jaminan, yang mendukung hubungan antara klaim dan data, d) Backing/dukungan, dikenal sebagai pendukung dari warrant, e) Qualifier, yang merupakan istilah yang menunjukkan sifat kemungkinan klaim, dan f) Reservation, mengacu pada kondisi dimana warrant tidak akan bertahan dan tidak dapat mendukung klaim. Unsur-unsur ini merupakan dasar dari tulisan argumentatif dan kerangka untuk menulis esai argumentatif.
Erduran dkk (2004) menggunakan model argumentasi Toulmin sebagai alat untuk analisis argumentasi yang dikenal sebagai Toulmin‟ s Argumen Pattern (TAP). TAP secara umum telah diselidiki sebagai ukuran informal dari penalaran sehari-hari tentang isu-isu sosial, karena yang sifat keduanya sama. Sifat keduanya mengakui lawan pernyataan dan mempertimbangkan bukti terhadap setiap pernyataan (Zohar & Nemet, 2002; Sadler & Zeidler, 2005).
Komponen-komponen utama TAP meliputi:
a.  Ground/data adalah bukti yang jadi titik tolak mendukung klaim merupakan informasi yang diketahui.
b.    Warrant adalah alasan yang menghubungkan antara data dan klaim;
c.     Klaim adalah pernyataan tentang apa atau apa nilai yang dianut orang;
d. Kualifikasi adalah kondisi-kondisi yang perlu ada agar klaim itu benar, dan mewakili keterbatasannya,
e.   Backing/Pendukung adalah asumsi-asumsi dasar yang sering tidak dimunculkan secara eksplisit, karena dianggap telah disepakati bersama membenarkan alasan (warrant).
f. Rebuttal/Sanggahan adalah pernyataan-pernyataan yang mengantisipasi keberatan terhadap kesimpulan.
Skema antar hubungan komponen-komponen utama TAP dalam pemecahan masalah sains (argumentasi lisan dan argumentasi tertulis) ditunjukkan gambar berikut:
Skema komponen utama TAP (diadaptasi dari Toulmin, Erduran et al. 2014)
Argumentasi ini dapat terjadi pada siswa yang melakukan diskusi dan perdebatan untuk memecahkan masalah yang ditugaskan, menurut Keys dan Hand (1999), Scientifict Writing Heuristic (SWH) adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk memandu para guru dan siswa di dalam kegiatan produktif untuk bernegoisasi yang dilakukan di dalam kelas.
Langkah-langkah argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
1.    Beggining question (Awal pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
2. Test (Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
3.   Observation (Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
4.    Conclusion (Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
5.  Evidence (Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan apa yang dilakukan.
6.  Refleksion (Bacaan/refleksi) Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.
Langkah-langkah SWH menurut Keys dan Hand dapat dilihat dari tabel berikut :
Template SWH untuk siswa
Lembar matriks penskoran argumentasi -SWH
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa SWH adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan di laboratorium.
Contoh Format Laporan Praktikum Berorientasi Science Writing
Heuristic (SWH)
A.    Judul
Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
B.     Pertanyaan Awal atau Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
C.     Hipotesis
Jika konsentrasi pereaksi diperbesar maka reaksi akan berlangsung lebih cepat, karena disebabkan oleh zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikelpartikel akan sering bertumbukan dan kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
D.    Prosedur Percobaan
1.   Alat
2.   Bahan
3.   Keselamatan
4.   Prosedur (langkah-langkah percobaan)
E.     Pengamatan
F.      Pembahasan
1. Pernyataan (klaim)
Jika konsentrasi pereaksi diperbesar maka laju reaksi akan berjalan semakin cepat. Berdasarkan percobaan, pita logam yang direaksikan dengan HCl 3 M mempunyai laju reaksi yang paling cepat yaitu 15 detik.
2. Bukti/fakta-fakta
Bukti dari pernyataan (klaim) saya adalah bahwa berdasarkan percobaan pita logam yang direaksikan dengan HCl 1M membutuhkan waktu 25 detik untuk habis bereaksi, dan yang direaksikan dengan HCl 2M membutuhkan waktu 20 detik untuk habis bereaksi, sedangkan yang direaksikan dengan HCl 3M hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk habis bereaksi.
3. Membandingkan/berunding
a. Sumber internal
Setelah saya diskusikan/bandingkan data saya dengan teman sekelas ternyata data yang kami peroleh mempunyai kesimpulan yang sama yaitu pita logam yang direaksikan dengan HCl 3 M memiliki laju reaksi yang paling cepat untuk habis bereaksi.
b. Sumber eksternal
Berdasarkan literature/sumber (buku, artikel, internet) yang saya baca juga menyebutkan bahwa apabila konsentrasi pereaksi diperbesar maka laju reaksi akan berjalan semakin cepat karena zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikel-partikel akan sering bertumbukan dan kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
4. Kembali ke hipotesis
Hipotesis saya benar bahwa jika konsentrasi pereaksi diperbesar maka laju reaksi akan berlangsung lebih cepat karena berdasarkan percobaan diperoleh bahwa pita logam yang direaksikan dengan HCl 3 M memiliki waktu yang paling sedikit untuk habis bereaksi itu artinya bahwa laju reaksi berlangsung paling cepat daripada yang lain.
G.    Refleksi atau Kesimpulan
Berdasarkan percobaan saya dapat menyimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin cepat.
H.    Daftar Pustaka

Instrumen Penilaian Kemampuan Argumentasi Ilmiah Berorientasi Science Writing Heuristic (SWH)
Keterangan Skala Nilai Tiap Aspek
Permasalahan
Berdasarkan artikel diatas, bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ? kemudian, kriteria-kriteria apa saja yang harus diperhatikan dalam menyusun rubrik penilaian keterampilan argumentasi siswa ? Selanjutnya, apakah pendekatan  Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!

Komentar

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan rini, yakni apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!

    Science writing heuristik (SWH) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di laboratorium. Format (SWH) di dasarkan pada kerangka teoritis siklus belajar, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Format SWH menyertakan tahap eksplorasi dengan suatu eksperimen yang berdasarkan pada konsep-konsep sebelumnya, sehingga membangkitkan curiousity siswa melalui suatu inkuiri siswa selama eksperiment.
    nah dari pernyataan tsbmaka konsep SWH akan maksimal hasilnya jika dilakukan melalui pembelajaran berbasis eksperiment, namun sebenarnya bisa bisa saja dengan PBL/Discovery learning tidak harus prkatikum namun bisa dengan berbasis problem. tentunya masalah yang perlu diselesaikan dengan arguing skills yang dimiliki.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kk rini bahwasannya Science Writing Heuristic adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan.

      Hapus
    2. bagaimana dengan materi yang tidak ada praktikum apakah tidak bisa menggunakan pendekatan SWH ini dalam argumentasi ?

      Hapus
  2. saya akan mencoba menjawab pertanyaan rini, yakni apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!

    SWH adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan.

    Langkah-langkah argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
    1. Beggining question (Awal pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
    2. Test (Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
    3. Observation (Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
    4. Conclusion (Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
    5. Evidence (Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan apa yang dilakukan.
    6. Refleksion (Bacaan/refleksi) Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.

    dalam langkah-langkah di atas harus disesuaikan dengan kemampuan argumentasi siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan rahma dalam memaparkan penjelasan tentang SWH, dimana SWH adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan. Dan langkah-langkahnya pun telah diuraikan di atas dan intinya harus ada penyesuaian setiap langkah dengan kemampuan argumentasi setiap anak.

      Hapus
  3. bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ?
    menurut saya karakteristiknya harus bersifat kontekstual karena Argumentasi ilmiah merupakan sebuah pernyataan yang didukung oleh beberapa bukti atau fakta yang diukur atau diamati dari kegiatan penyelidikan dan menghubungkan itu semua secara bersama-sama dengan fakta ilmu pengetahuan. Dasar tulisan yang bersifat argumentatif ini adalah berpikir kritis dan logis, sehingga pemikirannya didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada (Keraf, 2007). Oleh karena itu melalui argumentasi, peserta didik dapat berusaha menunjukkan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mereka mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu klaim benar atau tidak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan tri, materi yang cocok dalam penilaian argumentasi sebaiknya yang kontekstual. Dalam memunculkan aspek argumentasi maka dibutuhkan adanya rangsangan contohnya seperti gambar, tabel, data percobaan, dll. Dalam pembelajaran kimia rangsangan dapat berupa data percobaan dimana ditimbulkan suatu pertanyaan dari data tersebut sehingga siswa menganalisis dan mengkritisi berdasarkan fakta yang ada dan merangsang siswa untuk mengeluarkan claimnya berdasarkan bukti (evidence) yang ada lalu setelah itu baru muncul reasoning dimana alasan yang mendukung claim dari yang siswa buat berdasarkan data(bukti) yang ada.

      Hapus
    2. Saya sependapat kepada saudari rifani dan tri,
      bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ?

      karakteristik materi yang sesuai untuk kita gunakan untuk memunculkan kemampuan argumentasi siswa adalah materi pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana peserta didik didorong untuk mengekplorasi diri untuk mampu berargumentasi secara ilmiah.
      Dasar tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis, sehingga pemikirannya didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. semua materi kimia cocok saja dengan kemampuan argumentasi namun yang perlu ditentukan adalah pemilihan model dan metode yang akan digunakan serta karakteristik siswanya yg seperti apa

    BalasHapus
  6. menanggapi permalsalahan tentang bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ? menurut saya pada dasarnya semua materi kimia dapat dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian argumentasi karena karakteristik dari materi kimia bersifat kontektual atau berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada materi kimia sangat banyak teori yang harus dipelajari dan dipahami, di mana siswa dituntut untuk membaca dan mamahami materi yang dipelajari. Dengan kata lain pada materi pembelajaran kimia memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik kesimpulan sebagai suatu pengertian yang utuh sehingga siswa dituntut adanya kemampuan berargumentasi dengan baik. Siswa yang memiliki kemampuan argumentasi akan terdorong untuk rajin mencari informasi dan akan muncul usaha yang lebih luas dan mendalam untuk mempelajari materi pelajaran.

    BalasHapus
  7. menurut saya materi yang berkarakter kontekstual lebih cocok untuk diterapkan apalagi yang berbasis praktikum. kalau bersifat abstrak agak susah dilihat kemampuan argumentasinya. namun yang lebih penting lagi sintaks model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran haruslah mendukung muculnya kemampuan argumentasi siswa.

    BalasHapus
  8. Berdasarkan artikel diatas, bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ?
    karakteristiknya dapat berupa materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kemudian bersifat kontekstual.

    BalasHapus
  9. apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!

    Langkah-langkah argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
    1. Beggining question (Awal pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
    2. Test (Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
    3. Observation (Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
    4. Conclusion (Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
    5. Evidence (Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan apa yang dilakukan.
    6. Refleksion (Bacaan/refleksi) Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.

    berdasarkan penjabaran diatas sebaiknya dilakukan pada metode eksperimen, namun bisa juga dilakukan pada model atau metode pembelajaran yang bersifat kontekstual lainnya tidka harus praktikum

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARANKIMIA Pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diterima siswa di SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu pembelajaran kimia dituntut untuk mempelajari ini dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Ilmu kimia merupakan produk temuan saintis dan proses. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada pendidikan menghendaki adanya pendekatan ilmiah didalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang dimaksud disini adalah pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
MATERI 1 : DESIGNING AUTHENTIC ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance), ob