Argumentasi
Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi.
Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut
Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi
yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang
memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait
dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi
melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk
(2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir
kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide.
Menurut
Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses
belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para
siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat pemahamannya.
Selanjutnya tiga fase kemampuan argumentasi siswa. Pada fase pertama yaitu Claim yang
merupakan pernyataan muncul pada fase untuk mengawali pembelajaran. Menurut Tan
(2003) dalam Ade Cyntia, dkk (2016) dalam fase claim pernyataan berupa masalah
muncul dari pemikiran setiap siswa. Dan pada fase ini siswa membuat daftar
berupa pernyataan mengenai identifikasi masalah, rumusan masalah, serta analisis
masalah. Pada fase kedua yaitu Evidence merupakan data ilmiah yang mendukung
suatu pernyataan menggunakan data sebagai bukti. Dalam fase ini siswa berdiskusi
terkait daftar permasalahan dan mencari bukti yang mendukung pernyataan awal
terkait masalah. Semua informasi yang masing-masing individu peroleh
didiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat digunakan sebagai data
pendukung. Pada fase ketiga yaitu Reasoning sebagai pembenaran terkait
pernyataan dan bukti yang digunakan. Siswa dalam kelompok melaporkan dan
menyajikan solusi hasil diskusi. Selama presentasi siswa memberi penjelasan
terkait solusi permasalahan hasil diskusi. Kemampuan menjelaskan dan memberi
pembenaran berdasarkan pernyataan yang didukung oleh data merupakan bagian dari
kemampuan menciptakan argumen.
Matuk (2015) kemampuan argumentasi dapat terbentuk karna pada
kegiatan pembelajaran melibatkan gambar dan video, melakukan penemuan atau
adanya data relevan yang disediakan, menggunakan model pembelajaran kooperatif,
memberi kesempatan memepersentasikan kemampuan argumentasi, sintaks model
pembelajaran yang sesuai dan mendukung serta merangsang metakognitif siswa, bahwa
salah satu syarat terbentuknya kemampuan argumentasi adalah terciptanya suasana
belajar yang meransang siswa untuk melakukan aktivitas argumentasi, 26
penggunaan model kooperatif learning yang mengandung sintaks mendukung susasana
argumentatif, dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kelengkapan
argumentasinya.
Menurut
Siswanto, dkk (2014) gagasan penting dalam pembekalan keterampilan
beragumentasi kepada siswa yaitu bahwa keterampilan beragumentasi berperan
penting dalam membangun suatu eksplenasi, model dan teori dari suatu konsep
yang dipelajarinya. Model pembelajaran pembangkit argumentasi dirancang untuk
melatih keterampilan siswa yamg meliputi keterampilan dalam mengajukan klaim,
data, pembenaran, dukungan dan sanggahan berdasarkan pada permasalahan yang
diberikan.
Berdasarkan
definisi tersebut tentang argumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa argumentasi merupakan sebuah wacana yang berusaha
meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau
keyakinan, dengan didukung oleh fakta-fakta, sehingga mampu meyakinkan dan
membuktikan bahwa pendapat tersebut benar atau tidak. Kriteria pertama
dari argumen yaitu claim merupakan
sebuah opini atau pendapat yang dikemukakan oleh seseorang atau sebuah
kesimpulan yang ingin diterima oleh orang lain. Kriteria kedua dari argumen
adalah dukungan yang disediakan untuk klaim baik berupa bukti dan penalaran
yang menghubungkan bukti dengan klaim. Bukti merupakan sesuatu yang dapat
membuat audien menerima dan dapat digunakan untuk mendukung klaim yang tidak
diterima. Kriteria ketiga dari argumen adalah berusaha untuk mempengaruhi
seseorang yang berada dalam ketidaksetujuan. “Berusaha untuk mempengaruhi”
adalah sangat penting menentukan sukses dan tidaknya pendapat seseorang. Sehingga
dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek-aspek dalam beragumentasi yang
akan dipakai dalam instrument kemampuan argumentasi adalah claim, evidence, dan reasoning.
Contoh
bagan tahap-tahap pembelajaran inkuiri kemampuan argumentasi siswa pada konsep
koloid
Tiga
komponen argumentasi ilmiah dijelaskan sebagai berikut :
1. Klaim:
pernyataan tentang fenomena atau kejadian.
2. Bukti:
fakta dari pengukuran dan pengamatan, yang dikumpulkan selama investigasi, yang mendukung klaim.
3. Alasan
ilmiah: fakta ilmiah atau pengetahuan yang menjelaskan hubungan antara bukti
dan klaim.
Komponen-komponen
argumentasi ilmiah tersebut dapat diilustrasikan melalui kerangka menurut
Sampson dan Schleigh (2013), kerangka ini juga dapat mengilustrasikan beberapa
kriteria yang dapat dan harus digunakan untuk mengevaluasi manfaat dari
argumentasi ilmiah yang disajikan dalam gambar dibawah. Berdasarkan kerangka
Gambar dibawah, klaim adalah dugaan, kesimpulan, penjelasan, atau pernyataan
deskriptif yang menjawab pertanyaan penelitian. Klaim tersebut sesuai dan
didukung oleh komponen bukti yang mengacu pada pengukuran, pengamatan, atau
bahkan temuan dari penelitian lain yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan
kemudian ditafsirkan oleh para peneliti. Kemudian bukti ini didukung dan
dijelaskan oleh sebuah pembenaran. Pembenaran komponen bukti dari argumen ini
adalah satu atau dua pernyataan yang menjelaskan pentingnya dan relevansi bukti
dengan menghubungkan ke prinsip tertentu, konsep, atau asumsi yang mendasarinya.
Kerangka dari komponen-komponen
argumentasi ilmiah dan beberapa kriteria yang dapat dan harus digunakan untuk
mengevaluasi manfaat dari argumentasi ilmiah
Di samping komponen
struktural dari argumen, kerangka pada Gambar diatas juga menyoroti beberapa
kriteria empiris dan teoritis yang dapat dan harus digunakan untuk mengevaluasi
kualitas atau manfaat argumen peserta didik dalam ilmu pengetahuan. Kriteria empiris meliputi :
a) seberapa
baik klaim cocok dengan semua bukti yang ada,
b) kecukupan
bukti yang disertakan dalam argumen,
c) kualitas
bukti (yaitu validitas dan reliabilitas), dan
d) daya
prediksi dari klaim.
Kriteria
teoritis meliputi :
a) kecukupan
klaim (yaitu, meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan),
b) kegunaan
klaim (misalnya, memungkinkan kita untuk terlibat dalam pertanyaan baru atau
memahami fenomena, dan
c) bagaimana
kesesuaian klaim dengan penalaran dan teori-teori lainnya sesuai hukum yang
berlaku (Sampson dan Schleigh, 2013).
Sedangkan menurut Toulmin
(2003), argumentasi terdiri dari unsur-unsur berikut: a) Klaim, merupakan
pernyataan yang disajikan dalam menanggapi sebuah masalah, b) Data, meliputi
bukti atau dukungan pada saat klaim dibuat, c) Warrant/jaminan, yang mendukung
hubungan antara klaim dan data, d) Backing/dukungan, dikenal sebagai pendukung
dari warrant, e) Qualifier, yang merupakan istilah yang menunjukkan sifat
kemungkinan klaim, dan f) Reservation, mengacu pada kondisi dimana warrant
tidak akan bertahan dan tidak dapat mendukung klaim. Unsur-unsur ini merupakan dasar
dari tulisan argumentatif dan kerangka untuk menulis esai argumentatif.
Erduran dkk (2004) menggunakan model argumentasi Toulmin sebagai
alat untuk analisis argumentasi yang dikenal sebagai Toulmin‟ s Argumen Pattern (TAP).
TAP secara umum telah diselidiki sebagai ukuran informal dari penalaran sehari-hari
tentang isu-isu sosial, karena yang sifat keduanya sama. Sifat keduanya
mengakui lawan pernyataan dan mempertimbangkan bukti terhadap setiap pernyataan
(Zohar & Nemet, 2002; Sadler & Zeidler, 2005).
Komponen-komponen
utama TAP meliputi:
a. Ground/data adalah
bukti yang jadi titik tolak mendukung klaim merupakan informasi yang diketahui.
b. Warrant adalah
alasan yang menghubungkan antara data dan klaim;
c. Klaim adalah
pernyataan tentang apa atau apa nilai yang dianut orang;
d. Kualifikasi adalah
kondisi-kondisi yang perlu ada agar klaim itu benar, dan mewakili
keterbatasannya,
e. Backing/Pendukung
adalah asumsi-asumsi dasar yang sering tidak dimunculkan secara eksplisit,
karena dianggap telah disepakati bersama membenarkan alasan (warrant).
f. Rebuttal/Sanggahan adalah pernyataan-pernyataan yang mengantisipasi keberatan terhadap
kesimpulan.
Skema
antar hubungan komponen-komponen utama TAP dalam pemecahan masalah sains
(argumentasi lisan dan argumentasi tertulis) ditunjukkan gambar berikut:
Skema komponen
utama TAP (diadaptasi dari Toulmin, Erduran et
al. 2014)
Argumentasi
ini dapat terjadi pada siswa yang melakukan diskusi dan perdebatan untuk
memecahkan masalah yang ditugaskan, menurut Keys dan Hand (1999), Scientifict
Writing Heuristic (SWH) adalah sebuah
alat yang dapat digunakan untuk memandu para guru dan siswa di dalam kegiatan
produktif untuk bernegoisasi yang dilakukan di dalam kelas.
Langkah-langkah
argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
1. Beggining question (Awal
pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan
dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
2. Test
(Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab
pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk
variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
3. Observation
(Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama
kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
4. Conclusion
(Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
5. Evidence
(Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi
menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan
apa yang dilakukan.
6. Refleksion (Bacaan/refleksi)
Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa
dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau
apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.
Langkah-langkah
SWH menurut Keys dan Hand dapat dilihat dari tabel berikut :
Template SWH untuk
siswa
Lembar matriks
penskoran argumentasi -SWH
Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa SWH adalah sebuah
pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang
peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium
atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau
pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan
percobaan atau penyelidikan di laboratorium.
Contoh Format Laporan
Praktikum Berorientasi Science Writing
Heuristic (SWH)
A. Judul
Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju
Reaksi
B. Pertanyaan
Awal atau Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi?
C. Hipotesis
Jika konsentrasi
pereaksi diperbesar maka reaksi akan berlangsung lebih cepat, karena
disebabkan oleh zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel
yang lebih banyak sehingga partikelpartikel akan sering bertumbukan dan
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
D. Prosedur
Percobaan
1. Alat
2. Bahan
3. Keselamatan
4. Prosedur
(langkah-langkah percobaan)
E. Pengamatan
F. Pembahasan
1. Pernyataan (klaim)
Jika konsentrasi pereaksi diperbesar maka
laju reaksi akan berjalan semakin cepat. Berdasarkan percobaan, pita logam yang
direaksikan dengan HCl 3 M mempunyai laju reaksi yang paling cepat yaitu 15
detik.
2. Bukti/fakta-fakta
Bukti dari pernyataan (klaim) saya adalah
bahwa berdasarkan percobaan pita logam yang direaksikan dengan HCl 1M
membutuhkan waktu 25 detik untuk habis bereaksi, dan yang direaksikan dengan
HCl 2M membutuhkan waktu 20 detik untuk habis bereaksi, sedangkan yang direaksikan
dengan HCl 3M hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk habis bereaksi.
3. Membandingkan/berunding
a. Sumber internal
Setelah saya diskusikan/bandingkan data
saya dengan teman sekelas ternyata data yang kami peroleh mempunyai kesimpulan
yang sama yaitu pita logam yang direaksikan dengan HCl 3 M memiliki laju reaksi
yang paling cepat untuk habis bereaksi.
b. Sumber eksternal
Berdasarkan literature/sumber (buku,
artikel, internet) yang saya baca juga menyebutkan bahwa apabila konsentrasi
pereaksi diperbesar maka laju reaksi akan berjalan semakin cepat karena zat
yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak sehingga
partikel-partikel akan sering bertumbukan dan kemungkinan terjadinya reaksi
makin besar.
4. Kembali ke hipotesis
Hipotesis saya benar bahwa jika
konsentrasi pereaksi diperbesar maka laju reaksi akan berlangsung lebih
cepat karena berdasarkan percobaan diperoleh bahwa pita logam yang
direaksikan dengan HCl 3 M memiliki waktu yang paling sedikit untuk habis
bereaksi itu artinya bahwa laju reaksi berlangsung paling cepat daripada yang
lain.
G. Refleksi
atau Kesimpulan
Berdasarkan percobaan saya dapat
menyimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin
cepat.
H. Daftar
Pustaka
Instrumen
Penilaian Kemampuan Argumentasi Ilmiah Berorientasi
Science Writing Heuristic (SWH)
Keterangan
Skala Nilai Tiap Aspek
Permasalahan
Berdasarkan artikel diatas, bagaimanakah
karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan
argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi
tertentu saja ? kemudian, kriteria-kriteria apa saja yang harus diperhatikan
dalam menyusun rubrik penilaian keterampilan argumentasi siswa ? Selanjutnya,
apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum
saja, berikan penjelasan anda.!
saya akan mencoba menjawab pertanyaan rini, yakni apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!
BalasHapusScience writing heuristik (SWH) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di laboratorium. Format (SWH) di dasarkan pada kerangka teoritis siklus belajar, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Format SWH menyertakan tahap eksplorasi dengan suatu eksperimen yang berdasarkan pada konsep-konsep sebelumnya, sehingga membangkitkan curiousity siswa melalui suatu inkuiri siswa selama eksperiment.
nah dari pernyataan tsbmaka konsep SWH akan maksimal hasilnya jika dilakukan melalui pembelajaran berbasis eksperiment, namun sebenarnya bisa bisa saja dengan PBL/Discovery learning tidak harus prkatikum namun bisa dengan berbasis problem. tentunya masalah yang perlu diselesaikan dengan arguing skills yang dimiliki.
saya sependapat dengan kk rini bahwasannya Science Writing Heuristic adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan.
Hapusbagaimana dengan materi yang tidak ada praktikum apakah tidak bisa menggunakan pendekatan SWH ini dalam argumentasi ?
Hapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan rini, yakni apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!
BalasHapusSWH adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan.
Langkah-langkah argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
1. Beggining question (Awal pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
2. Test (Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
3. Observation (Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
4. Conclusion (Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
5. Evidence (Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan apa yang dilakukan.
6. Refleksion (Bacaan/refleksi) Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.
dalam langkah-langkah di atas harus disesuaikan dengan kemampuan argumentasi siswa.
sependapat dengan rahma dalam memaparkan penjelasan tentang SWH, dimana SWH adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat dipahami sebagai format alternatif yang peserta didik gunakan untuk membantu mereka dalam menulis laporan laboratorium atau penyelidikan, dan sebagai teknik mengajar yang digunakan oleh guru atau pengajar untuk membantu dalam mendesain kegiatan yang berhubungan dengan percobaan atau penyelidikan. Dan langkah-langkahnya pun telah diuraikan di atas dan intinya harus ada penyesuaian setiap langkah dengan kemampuan argumentasi setiap anak.
Hapusbagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ?
BalasHapusmenurut saya karakteristiknya harus bersifat kontekstual karena Argumentasi ilmiah merupakan sebuah pernyataan yang didukung oleh beberapa bukti atau fakta yang diukur atau diamati dari kegiatan penyelidikan dan menghubungkan itu semua secara bersama-sama dengan fakta ilmu pengetahuan. Dasar tulisan yang bersifat argumentatif ini adalah berpikir kritis dan logis, sehingga pemikirannya didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada (Keraf, 2007). Oleh karena itu melalui argumentasi, peserta didik dapat berusaha menunjukkan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mereka mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu klaim benar atau tidak.
Saya setuju dengan tri, materi yang cocok dalam penilaian argumentasi sebaiknya yang kontekstual. Dalam memunculkan aspek argumentasi maka dibutuhkan adanya rangsangan contohnya seperti gambar, tabel, data percobaan, dll. Dalam pembelajaran kimia rangsangan dapat berupa data percobaan dimana ditimbulkan suatu pertanyaan dari data tersebut sehingga siswa menganalisis dan mengkritisi berdasarkan fakta yang ada dan merangsang siswa untuk mengeluarkan claimnya berdasarkan bukti (evidence) yang ada lalu setelah itu baru muncul reasoning dimana alasan yang mendukung claim dari yang siswa buat berdasarkan data(bukti) yang ada.
HapusSaya sependapat kepada saudari rifani dan tri,
Hapusbagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ?
karakteristik materi yang sesuai untuk kita gunakan untuk memunculkan kemampuan argumentasi siswa adalah materi pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana peserta didik didorong untuk mengekplorasi diri untuk mampu berargumentasi secara ilmiah.
Dasar tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis, sehingga pemikirannya didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussemua materi kimia cocok saja dengan kemampuan argumentasi namun yang perlu ditentukan adalah pemilihan model dan metode yang akan digunakan serta karakteristik siswanya yg seperti apa
BalasHapusmenanggapi permalsalahan tentang bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ? atau hanya materi-materi tertentu saja ? menurut saya pada dasarnya semua materi kimia dapat dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian argumentasi karena karakteristik dari materi kimia bersifat kontektual atau berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada materi kimia sangat banyak teori yang harus dipelajari dan dipahami, di mana siswa dituntut untuk membaca dan mamahami materi yang dipelajari. Dengan kata lain pada materi pembelajaran kimia memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik kesimpulan sebagai suatu pengertian yang utuh sehingga siswa dituntut adanya kemampuan berargumentasi dengan baik. Siswa yang memiliki kemampuan argumentasi akan terdorong untuk rajin mencari informasi dan akan muncul usaha yang lebih luas dan mendalam untuk mempelajari materi pelajaran.
BalasHapusmenurut saya materi yang berkarakter kontekstual lebih cocok untuk diterapkan apalagi yang berbasis praktikum. kalau bersifat abstrak agak susah dilihat kemampuan argumentasinya. namun yang lebih penting lagi sintaks model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran haruslah mendukung muculnya kemampuan argumentasi siswa.
BalasHapusBerdasarkan artikel diatas, bagaimanakah karakteristik materi kimia yang dapat diukur dengan menggunakan keterampilan argumentasi siswa, apakah semua materi cocok ?
BalasHapuskarakteristiknya dapat berupa materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kemudian bersifat kontekstual.
apakah pendekatan Science Writing Heuristic hanya dapat digunakan pada materi praktikum saja, berikan penjelasan anda.!
BalasHapusLangkah-langkah argumentasi SWH dalam pembelajaran meliputi:
1. Beggining question (Awal pertanyaan/ ide awal) Penyelidikan atau pencarian tentang konsep yang akan dipelajari, yang akan menjadi pertanyaan utama yang akan memandu siswa belajar.
2. Test (Pengujian) Tes atau prosedur yang akan diikuti untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan (berupa bahan, keselamatan, dan prosedur), termasuk variabel independen dan dependen, konstanta untuk memastikan validitas tes.
3. Observation (Pengamatan) Pengamatan (kualitatif dan kuantitatif) yang terjadi selama kegiatan, harus dicatat dengan menggunakan tabel atau grafik yang sesuai.
4. Conclusion (Kesimpulan) Setelah kegiatan apa yang dapat disimpulkan.
5. Evidence (Bukti-Bukti) Penggunaan data untuk membuat cadangan klaim yang dibuat meliputi menganalisis tabel atau grafik, atau dengan kata lain bagaimana bisa membuktikan apa yang dilakukan.
6. Refleksion (Bacaan/refleksi) Bagaimana ide siswa berubah, konsep apa yang telah dipelajari, bagaimana siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan sesuatu yang ada di luar kelas atau apakah ada pertanyaan baru yang siswa miliki tentang konsep ini.
berdasarkan penjabaran diatas sebaiknya dilakukan pada metode eksperimen, namun bisa juga dilakukan pada model atau metode pembelajaran yang bersifat kontekstual lainnya tidka harus praktikum