Langsung ke konten utama

MATERI 5


Penilaian Afektif
Penilaian afektif berarti berkenaan dengan menilai sikap dan perubahan yang terjadi pada tingkah laku peserta didik selama pembelajaran. Sikap berhubungan dengan tindakan seseorang dalam merespon objek. Berarti objek yang direspon peserta didik itu adalah materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Tindakan seseorang atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya akan terjadi perilaku yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana (2009:30) para ahli berpendapat bahwa apabila seseorang tingkat kognitifnya sudah pada tingkat tinggi, maka sikap seseorang tersebut diramalka dapat berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik seperti, perhatian siswa terhadap pembelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-teman se kelasnya, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Jadi, ada kecerendungan antara penilaian kognitif dengan afektif saling berkaitan. Misalnya, dalam menilai ranah kognitif peserta didik harus menguasai materi kontroversional, guru dapat pula menilai peserta didik dalam ranah afektif dengan cara menilai peserta didik yang aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, hasil belajar afektif peserta didik tampak dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pembelajaran, sopan santun, disiplin, motivasi belajar, dan mengahargai guru dan teman satu kelasnya.
Hasil belajar afektif berkaitan dengan minat, sikap, dan nilai-nilai sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik. Menurut Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by a value or value complex. Receiving merupakan kemauan dan kepekaan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek dalam pembelajaran. Responding atau menanggapi yaitu adanya partisipasi aktif untuk memberikan rekasi dari materi yang diberikan oleh guru. Valuing artinya memberikan nilai terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang dilaksanakan setelah pembelajaran. Organization artinya membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian akan menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik. Characterization by a value or value complex yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik, yang memengaruh pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Menurut Sudjana (2009:31) tipe hasil belajar afektif dapat dilihat dan diniliai saat waktu proses pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai dilakukan. Saat waktu pembelajaran sikap peserta didik dapat dilihat dalam hal kemauan untuk menerima materi dari guru, perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran, keinginan mendengarkan dan mencatat materi, menghargai guru dan teman satu kelas, dan keaktifan peserta didik dalam bertanya. Sementara itu, sikap yang dapat dilihat setelah selesai pembelajaran pada peserta didik diantaranya, kemauan mempelajari materi lanjut, kemauan mempraktikan nilai yang terkandung dalam materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan adanya rasa senang terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Untuk penialaian sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Kochhar (2008:56-63) untuk menialai sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Arifin (2012 : 180) teknik non-tes ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan diantaranya yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta.
Observasi merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru baik langsung atau tidak langsung dengan mengacu pada pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas baik dari segi guru maupun peserta didik yang akan didapatkan sebuah data atau informasi dari suatu fenomena kelas.
1.   Wawancara adalah kegiatan percakapan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik, yang dilakukan secara langsung (bertatap muka) atau tidak langsung (melalui perantara).
2.      Skala sikap adalah teknik penilaian dengan memberikan pertanyaan- pertanyan positif dan negatif yang akan dipilih oleh peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap peserta didik terhadap pembelajaran atau lingkungan sekolah.
3.     Daftar cek merupakan suatu daftar yang digunakan oleh guru untuk mencatat dan memberi tanda tiap kejadian-kejadian yang terjadi di diri peserta didik baik kejadian kecil maupun besar dalam segala aspek, teknik seperti ini membantu guru dalam mengingat apa saja yang harus dinilai oleh guru.
4.  Skala penilaian merupakan daftar cek akan dikembangan dalam bagian yang lebih luas dan terperinci yang disusun secara tingkatan yang telah ditentukan.
5.     Angket yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berisi pendapat, paham dari peserta didik yang dilaksanakan secara tertulis yang dipengaruhi oleh pemikiran diri sendiri.
6.    Studi kasus adalah kegiatan untuk memahami sebuah masalah yang dialami peserta didik dengan mencari informasi terkait dengan masalah tersebut yang natinya kemudian akan disimpulkan dan dicari penyelesaiannya, hal yang bisa dipahami dalam masalah-maslaah peserta didik misalnya dalam masalah lamban dalam memahami materi.
7.     Catatan insedental yaitu cacatan yang berisi tentang kejadian singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran, kejadian tersebut biasanya tingkah laku peserta didik.
8. Sosiometri adalah suatu prosedur yang digunakan untuk merangkum, menyusun dan mengkualifikasikan pendapat-pendapat peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana hubungan mereka dengan para teman-temannya.
9.   Inventori kepribadian merupakan tes kepribadian yang jawaban dari peserta didik tersebut benar semua, namun jawaban tersebut tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat dibandingkan dengan kelompok lain.
Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik bertujuan untuk memberikan semangat, motivasi dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran, serta memodifikasi tingkah laku peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih produktif lagi dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.
Sementara itu, menurut Fadillah (211-212) dalam Kurikulum 2013 penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan berkelanjutan baik dilakukan langsung maupun tidak langsung. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri dalam hal kekurangan dan kelebihannya dalam konteks pecapaian kompetensi. Penilaian antar teman hampir sama dengan penilaian diri akan tetapi penilaian ini dilakukan oleh antar peserta didik menilai peserta didik lain, sedangkan jurnal merupakan catatan dari guru mengenai kejadian atau tingkah laku peserta didik.
Selain itu, menurut Suwandi (2010:114) teknik penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara peserta didik diminta untuk menilaia dirinya sendiri yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, tingkat pecapaian kompetensi dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur 3 ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah afektif dalam pelaksanaannya guru dapat memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat tulisan berkaitan dengan refleksi dirinya selama mengikuti pembelajaran. Kemudian refleksi dirinya akan dinilai sendiri berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh guru. Banyak keuntungan dari penilaian diri ini, salah satunya yaitu peserta didik mengetahui kelemahan dan kekuatannya dalam pembelajaran, sehingga ia akan terus meningkatkan potensi yang ia punya agar dalam proses pembelajaran bisa lebih baik.
Pelaksanaan penilaian diri biasanya dilakukan beberapa kali, hal ini dikarenakan hasil penilaian diri awal atau yang baru tidak dapat langsung dipercaya. Menurut Suwandi (2010:142) terdapat dua kemungkinan data hasil penilaian diri tidak dapat langsung dipercaya, pertama karena peserta didik belum terbiasa sehingga akan banyak melakukan kesalahan dalam melakukan penilaian. Kedua karena penilaian ini dilakukan sendiri oleh peserta didik, maka sifat subjektifitas itu kemungkinan terjadi. Demi mendapatkan nilai yang bagus maka peserta didik kemungkinan akan menilai dirinya tidak sesuai dengan kenyataan dalam dirinya, bisa dikatakan untuk mengejar nilai baik. Oleh karena itu, guru sebaiknya tidak hanya sekali melakukan penilaian diri. Apabila hasil penilaian pertama sudah didapat, maka guru harus menelaah dan mengkoreksi lagi hasil penilaian peserta didik. Jika peserta didik masih menunjukan kesalahan, maka guru mengembalikannya kepada peserta didik dan dilakukan penilaian diri untuk yang kedua kalinya, begitu seterusnya sampai hasilnya maksimal.
Pengolahan Hasil Penilaian Afektif
Menurut Sudjana (2009:106) skor hasil pengukuran disebut dengan skor mentah, agar skor mentah ini menjadi nilai yang lebih bermakna dan dapat dijadikan untuk menentukan prestasi dan kemampuan peserta didik, maka harus diolah menjadi skor masak. Proses pengubahan skor mentah menjadi skor masak inilah yang dinamakan pengolahan data. Setelah semua data penilaian terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Karena penialian afektif biasanya dihasilkan dari penilaian non tes, maka hasil dari penilaian afektif adalah dalam bentuk data kualitatif, yang kemudian akan dideskripsikan sebagai penjelasan nilai afektif. Menurut Suwandi (2010:135-136) data hasil penilaian afektif didapat dari pengamatan guru yang dilengkapi dengan catatan-catatan guru dan pertanyaan langsung. Catatan dari guru ini berkaitan dengan kejadian- kejadian di dalam kelas, baik yang positif maupun yang negatif. Kejadian- kejadian yang diambil adalah kejadian yang menonjol pada peserta didik, oleh karena itu biasanya peserta didik yang pintar dan berperilaku tidak baik di kelas akan mudah dikenali karena mendapat perhatian dari guru. Dari catatan itu guru dapat menggolongkan peserta didik masuk dalam kategori yang sudah guru buat. Kemudian guru dapat berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling untuk berdiskusi tentang peserta didik dan mencocokan hasil penilaian afektif dari kedua belah pihak.
Ada beberapa cara dalam mengolah data dari nilai non tes, Sudjana (2009:128) mengemukakan cara mengola data dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, skala.
1.   Pengolahan data hasil wawancara dan kuesioner
Data hasil wawancara dan kuesioner biasanya dicari frekuensinya dalam setiap jawaban. Frekuensi terbanyak cenderung mendekati  jawaban yang sebenarnya. Sebaliknya, frekuensi yang paling rendah cenderung merupakan jawaban yang tidak mendekati dengan kenyataan objek yang dinilai. Dari hasil wawancara dan kuesioner ini guru dituntut untuk benar-benar teliti, dan mampu membandingkan jawaban dari peserta didik dengan hasil penilaian lain misalnya observasi. Nantinya hasil dari pengolahan data bisa maksimal dan mendapatkan jawaban yang benar dan mendekati kenyataan dalam situasi pembelajaran.
2.   Pengolahan data hasil obeservasi
Hasil observasi bersifat subjektif, karena hasilnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan seorang individu. Data hasil observasi bergantung pada pedoman observasi tersebut, terutama dalam mencatat dan mendokumentasikan setiap objek pengamatan. Bentuk dari hasil observasi adalah pernyataan-pernyataan yang dilihat si pengamat. Pengolahan pernyataan-pernyataan tersebut agar menjadi nilai afektif yang masak, caranya dengan menganalisis dan menginterpretasikan hasil amatan tersebut. Selain menggunakan cara tersebut, dapat pula menggunakan pengamatan yang sudah diberi skor atau skala nilai. Pada setiap aspek yang akan dinilai sudah tersedia kolom skor yang nantinya akan diisi oleh pengamat, misalnya nilaianya A, B, C, dan D, atau dapat pula menggunakan angka yaitu 4, 3, 2, dan 1. Dari skor yang sudah diisi oleh guru atau pengamat, maka akan dijumlahkan dan dicari rata-ratanya, yang kemudain dapat dikonveksikan kedalam standar ratusan atau puluhan.
3.   Pengolahan data hasil skala penilaian dan skala sikap
Pengolahan data baik dari skala penilaian dan skala sikap tak jauh beda dengan pengolahan data hasil observasi yang menggunakan skor atau nilai. Caranya yaitu dengan menentukan skor dari seluruh butir soal, kemudian akan dirata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan jumlah pertanyaan, yang terakhir meninterpertasikan jawaban yang baik dan jawaban yang tidak baik. Misalnya peserta didik sangat bagus dalam menanggapai materi, tetapi kurang dalam mengahargai pendapat peserta didik lainnya.
Menurut Arikunto (2007:180-181) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap peserta didik yaitu.
1.    Skala Likert, dalam skala ini dibentuk dengan pernyataan yang ditunjukan dengan lima tingkatan respons yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS),
2.    Skala pilihan ganda, berisi soal yang berbentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat,
3.     Skala Thurstone, skala bentuk ini hampir mirip dengan skala Likert tetapi isinya berupa instrumen yang jawabannya menunjukan tingkatan,
4.     Skala Guttman, berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing- masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan, sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1, selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2,
5.    Semantic differential, terdapat tiga dimensi yang akan diukur dalam kategori baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif,
Pengukuran minat, dalam penggolongan kategori yang diukur hampir sama dengan jenis skala Likert. Menurut Arifin (2012:233) selain dengan menggunakan huruf atau kata- kata, dalam menggolongkan hasil penilaian sikap, dapat pula menggunkan angka. Skala ditulis dengan menggunakan angka, untuk urutan pernyataan positif ke negatif yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangakan untuk pernyataan negatif ke positif menggunkan urutan 1, 2, 3, 4 dan 5. Skala ini ditentukan dari hasil penilaia afektif yang datanya berbentuk angka-angka, yang kemudian akan dirata-rata dan dikonveksikan menjadi beberapa standar salah satunya dapat menggunakan standar 4 sebagai angka tertinggi.
Penilaian Psikomotorik
Penilaian psikomotorik merupakan penilaian terhadap keterampilan dan kemampuan bertindak setiap individu. Penilaian psikomotorik berkenaan dengan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Sudjana (2009:30-31) ada enam tingkatan keterampilan yaitu (1) gerak reflek atau gerakan yang tidak disadari, (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, yaitu membedakan visual, auditif, motoris, dan lain- lainnya, (4) kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Sudjana (2009:30-32) hasil dari penilaian afektif dapat juga dijadikan sebagai penilaian psikomotorik. Penilaian afektif dan psikomotorik sebenarnya saling berhubungan, dalam kondusi tertentu dapat pula dikatakan kedua penilaian ini ada dalam kebersamaan. Hasil belajar afektif dapat dijadikan menjadi hasil belajar psikomotorik, manakala peserta didik menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya, sehingga akan kelihatan kesamaan dari kedua ranah tersebut. Contohnya, dalam penilaian hasil belajar afektif yaitu perhatian peserta didik terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, maka dalam penilaian psikomotorik yaitu mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.
Proses Penilaian Psikomotorik
Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan nilai psikomotor dari peserta didik, diantaranya yaitu dengan mengambil nilai praktik atau kinerja, proyek, dan portofolio. Beberapa penilaian tersebut mampu menunjang penilaian psikomotorik yang dilakukan oleh guru, karena berhubungan dengan kemampuan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran. Tentunya ketiga jenis penilaian dalam penilaian psikomotorik tersebut mempunyai teknik tersendiri untuk bisa mendapatkan sebuah nilai dari peserta didik.
Penilaian praktik lebih menekankan pada langkah- langkah kinerja, kelengkapan dan ketepatan, dan kemampuan khusus yang dipakai peserta didik. Manfaat dari penggunaan penilaian dengan menggunakan teknik tersebut untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan praktik selanjutnya.
Menurut Fadillah (2014:216) penilaian keterampilan pada Kurikulum 2013 diambil dari nilai kinerja peserta didik dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan portofolio. Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku berupa pembuatan suatu produk tertentu sesuai dengan tuntutan kompetensi. Oleh karena itu tes praktik dapat pula disebut tes produk. Tiga tahapan untuk menilai praktik peserta didik yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk, dan tahap penilaian produk.
Menurut Arifin (2012:150) tes perbuatan atau penilaian paraktik ini memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya. Kelebihan dari tes perbuatan ini yaitu teknik penilaian yang satu-satunya digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, dapat digunakan untuk mencocokkan pengetahuan teori dan keterampilan praktik. Pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk mencontek, guru bisa melakukan pengamatan lebih dalam terhadap pribadi peserta didik. Sementara itu, kelemahannya yaitu memakan waktu yang lama, dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan, jika sering dilakukan maka tugas tersebut akan tidak bermakna lagi.
Penilaian proyek adalah tugas yang dinilai mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, dan hasil proyek yang sudah jadi. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu kemampuan pengolahan oleh peserta didik, relevansi, dan keaslian. Penilaian praktik dan proyek dapat dilakukan secara bersama, untuk mendapatkan produk yang akan dijadikan nilai proyek, maka dapat pula menilai praktik peserta didik dengan menilai proses pembuatan produk tersebut. Penilaian praktik dan proyek ini bisa dilakukan dengan berkelompok atau dengan individual. Kedua penilaian ini difokuskan pada proses dan produk yang dihasilkan dari tugas yang telah diberikan oleh guru.
Menurut Suwandi (2010:93-94) penilaian portofolio adalah sekumpulan karya-karya dari peserta didik dalam kurun waktu tertentu (satu semester, satu tahun) hingga akhir periode tersebut nantinya akan dinilai secara keseluruhan. Penelian seperti itu memungkinkan guru untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan pembelajaran peserta didik selama periode tertentu. Sementara itu, bagi peserta didik penilaian portofolio memberikan pengetahuan tentang kelebihan maupun kekurangan dalam pembelajaran, sehingga dari pengetahuan tersebut akan terus terjadi perbaikan yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran.
Pengimplementasian penilaian psikomotorik di kelas, dalam hal ini guru bisa melakukan penilaian berbasis kelas. Penilaian ranah psikomotorik bisa dilakukan dengan daftar cek atau skala penilaian. Daftar cek bisa digunakan ketika guru mengahadapi subjek dalam jumlah yang besar, kemudian skala penilaian bisa digunakan dalam jumlah yang sedikit atau terbatas. Unsur- unsur yang ada dalam pengimplementasian penilaian berbasis kelas yaitu, penilaian prestasi belajar, penilaian kinerja, penilaian alternatif, penilaian autentik, dan penilaian portofolio. Tujuan dari penialaian berbasis kelas ini yaitu untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas hasil belajar dan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurut Sudjana (2009:182) pengukuran ranah psikomotorik biasanya akan disatukan dengan penilaian ranah kognitif. Komponen penilaian portofolio meliputi catatan guru, hasil pekerjaan peserta didik, dan data perkembangan peserta didik. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik peserta didik dapat menggunkan matriks. Isi dari matriks menyatakan tentang perperincian aspek keterampilan yang akan diukur, ke kanan menunjukan skor yang dapat dicapai. Skor tersebut nantinya akan dijumlahkan dan dibagi jumlah variabel penilaian yang hasilnya nanti didapat dan akan dijadikan sebagai nilai psikomotorik peserta didik. Untuk ranah psikomotorik atau keterampilan dapat didapat dari hasil penilaian produk, yang dihasikan oleh peserta didik maupun kinerjanya. Untuk mengukurnya guru bisa menggunakan simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Sama dengan ranah sikap nantinya hasil yang akan didapat akan diskalakan, salah satunya bisa menggunakan skala 1 sampai 5, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).
Alur Prosedur Kerja Penyusunan Perangkat Penilaian Psikomotor
Instruksi Kerja Proses Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor


Contoh Instrumen Penilaian Psikomotor pada Mata Pelajaran Kimia
Standar Kompetensi Lulusan : Memahami kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Materi                                      : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator                          : Diberikan beberapa alat dan bahan, peserta didik dapat membuat rancangan dan melakukan percobaan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Contoh Soal:
1.      Buat Rancangan percobaan untuk menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
2.      Buat lembar pengamatan
3.      Buat kesimpulan Pedoman Penskoran
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
Rancangan percobaan

A. Tujuan percobaan : menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
1
B. Hipotesis :semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka laju reaksi makin cepat.
2
C. Alat dan bahan :
Tabung reaksi
Spatula
Timbangan
Stop watch
HCl 1 M
CaCO3 butiran 0,1 gram
CaCO3 serbuk 0,1 gram

1
1
1
1
1
1
1
D. Cara kerja :
2
2
Pengamatan :
CaCO3 butiran 0,1 gram =……… detik
CaCO3 serbuk 0,1 gram =……… detik

1
3
Kesimpulan :
Laju reaksi CaCO3 serbuk lebih cepat dari CaCO3 butiran karena luas permukaan CaCO3 serbuk lebih luas dari CaCO3 butiran.

1

Hipotesis terbukti.
Jumlah Skor

15

Standar Kompetensi Lulusan  : Mendeskripsikan       sifat     larutan,            cara      pengukuran     dan penerapannya.
Materi                                      : Asam-basa.
Indikator                               : Peserta didik dapat menentukan sifat asam-basa suatu larutan jika diberi indikatornya.
Contoh Soal:
Lakukanlah pengujian lima macam larutan dengan menggunakan larutan indikator dari ekstrak kelopak bunga sepatu dan bunga telang/terompet! Ujilah kedua ekstrak tersebut dengan air jeruk dan air kapur terlebih dahulu!
Pedoman Penskoran :
No
Aspek yang Dinilai
Skor
A
Persiapan
1. Menyediakan alat-alat untuk percobaan yaitu:
·   pelat tetas (tatakan cat air)
·   pipet tetes
·   lumpang porselen (atau alat tumbuk lain)
·   5 buah tabung reaksi (bisa diganti dengan botol plastik lain)


1
1
1
1
2. Menyediakan bahan-bahan untuk percobaan yaitu:
·   mahkota/kelopak bunga sepatu warna merah
·   mahkota/kelopak bunga telang/terompet warna merah ungu
·   air/aquades
·   kapur sirih
·   jeruk nipis/cuka
·   5 jenis larutan yang akan diuji

1
1
1
1
1
1
B
Proses
1. Mengekstrak mahkota bunga:
·   menghaluskan mahkota bunga
·   menambahkan 5 ml air
·   memindahkan ke gelas kimia
·   mengulangi proses mengekstrak bunga terompet


1
1
1
1
2. Melakukan uji pendahuluan menggunakan air jeruk nipis:
·   meletakkan air jeruk nipis di kedua lekukan pelat tetes
·   meneteskan 2 tetes ekstrak bunga sepatu ke air jeruk nipis
·   meneteskan 2 tetes ekstrak bunga terompet ke air jeruk nipis

1
1
1
3. Melakukan uji pendahuluan menggunakan air kapur:
·   meletakkan air kapur di kedua lekukan pelat tetes
·   meneteskan 2 tetes ekstrak bunga sepatu ke air kapur
·   meneteskan 2 tetes ekstrak bunga terompet ke air kapur

1
1
1
4. Melakukan uji 5 larutan menggunakan indikator larutan ekstrak bunga sepatu
5. Melakukan uji 5 larutan menggunakan indikator larutan ekstrak bunga terompet
5

5

C
Hasil Pengamatan :
1. Menuliskan hasil pengamatan uji pendahuluan, misalnya dalam tabel

4
2. Menuliskan hasil pengamatan uji kelima larutan menggunakan indikator larutan ekstrak bunga sepatu dan bunga terompet
10
3. Menyimpulkan hasil uji pada tahap 2 di atas Larutan yang
diuji Bersifat :
a. asam
b.basa
c. asam
d.basa
5

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA
1. Kinerja Proses
No
Aspek yang dinilai
SKOR
………
………
………
………
………
………
………
………
1.
Mengecek kelengkapan alat dan bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum








2
Merangkai alat titrasi








3
Menuang Larutan NaOH ke dalam Buret sampai tepat 100 mL








4
Mengambil 25 mL larutan HCl ke dalam Erlenmeyer








5
Meneteskan larutan NaOH tetes demi tetes dari Buret








6
Membersihan alat-alat yang digunakan dalam praktikum Titrasi asam basa








7
Mengatur alat yang digunakan dalam praktikum Titrasi Asam Basa








8
Membersihkan tempat kerja yang digunakan untuk praktikum TItrasi Asam-Basa kuat

















Keterangan: titik-titik (………) diisi nama peserta didik atau nama kelompok peserta didik

2. Rubrik Penilaian
RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA
NO.
PERNYATAAN
SKOR
KRITERIA (RUBRIK) PENSKORAN
1
Mengecek kelengkapan alat dan bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum
4
Peserta didik mengecek seluruh kelengkapan alat dan bahan (jumlah alat dan bahan)
3
Peserta didik mengecek seluruh kelengkapan alat dan bahan, tetapi 1-3 alat atau bahan tidak dicek
2
Peserta didik mengecek seluruh kelengkapan alat dan bahan, tetapi 4-6 alat atau bahan tidak dicek
1
Peserta didik mengecek seluruh kelengkapan alat dan bahan, tetapi lebih dari 6 alat atau bahan tidak dicek
0
Peserta didik tidak mengecek seluruh kelengkapan alat dan bahan
2
Merangkai alat titrasi
3
Peserta didik merangkai alat titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum dengan benar
2
Peserta didik merangkai alat titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum namun terdapat 1 alat yang tidak tepat posisinya, seperti posisi kran Buret tepat di tangan kanan peserta didik
1
Peserta didik merangkai alat titrasi sesuai dengan gambar pada panduan praktikum namun terdapat 2 alat yang tidak tepat posisinya, seperti posisi kran Buret tepat di tangan kanan peserta didik dan posisi statif ada di sebelah kiri peserta didik
0
Peserta didik tidak merangkai alat titrasi
3
Menuang Larutan NaOH ke dalam Buret sampai tepat 100 mL
4
Peserta didik memasukkan larutan NaOH ke dalam Buret dengan menggunakan corong kemudian mengeringkan leher bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
3
Peserta didik memasukkan larutan NaOH ke dalam Buret dengan menggunakan corong tanpa mengeringkan leher bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
2
Peserta didik memasukkan larutan NaOH ke dalam Buret tanpa menggunakan corong kemudian mengeringkan leher bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
1
Peserta didik memasukkan larutan NaOH ke dalam Buret tanpa menggunakan corong dan tanpa mengeringkan leher bagian dalam atas dari buret dengan menggunakan tissue
0
Peserta didik tidak memasukkan larutan NaOH ke dalam Buret
4
Mengambil 25 mL larutan HCl ke dalam Erlenmeyer
4
Mengambil 25 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL kemudian membersihkan bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam Erlenmeyer dengan memiringkan Erlenmeyer
3
Mengambil 25 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL tanpa membersihkan bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam Erlenmeyer dengan memiringkan Erlenmeyer
2
Mengambil 25 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet volum tepat pada skala 25 mL tanpa membersihkan bagian luar ujung pipet dengan tissue serta menuangkan larutan HCl ke dalam Erlenmeyer tanpa memiringkan Erlenmeyer
1
Menuangkan larutan HCl ke dalam Erlenmeyer dengan pipet tetes
0
Tidak menuangkan larutan HCl ke dalam Erlenmeyer
5
Meneteskan larutan NaOH tetes demi tetes dari Buret
4
Meneteskan larutan NaOH dari buret dengan membuka kran buret tetes demi tetes menggunakan tangan kiri dan menggoyang erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kanan
3
Meneteskan larutan NaOH dari buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kiri dan menggoyang erlenmeyer dengan menggunakan tangan kanan
2
Meneteskan larutan NaOH dari buret dengan membuka kran buret tetes demi tetes menggunakan tangan kanan dan menggoyang erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kiri
1
Meneteskan larutan NaOH dari buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kanan dan menggoyang erlenmeyer secara perlahan dengan menggunakan tangan kiri
0
Meneteskan larutan NaOH dari buret dengan membuka kran buret dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kanan dan menggoyang Erlenmeyer dengan tergesa-gesa menggunakan tangan kiri
6
Membersihan alat-alat yang digunakan dalam praktikum Titrasi asam basa
4
Peserta didik membuang limbah bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat menggunakan sabun
3
Peserta didik membuang limbah bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat tanpa menggunakan sabun
2
Peserta didik membuang limbah bahan kimia di tempat yang telah disediakan dan mencuci alat menggunakan sabun
1
Peserta didik membuang limbah bahan kimia tidak di tempatnya dan mencuci alat menggunakan sabun
0
Peserta didik membuang limbah bahan kimia tidak di tempatnya dan tidak mencuci alat menggunakan sabun
7
Mengatur alat yang digunakan dalam praktikum Titrasi Asam Basa
4
Peserta didik menata alat dan bahan kimia dengan rapi di tempat yang telah disediakan dan mengecek kembali kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
3
Peserta didik menata alat dan bahan kimia tidak rapi di tempat yang telah disediakan dan mengecek kembali kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
2
Peserta didik menata alat dan bahan kimia dengan rapi di tempat yang telah disediakan dan tidak mengecek kembali kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
1
Peserta didik menata alat dan bahan kimia tidak rapi di tempat yang telah disediakan dan tidak mengecek kembali kelengkapan alat dan bahan yang dikembalikan
0
Peserta didik tidak mengatur alat di tempat yang disediakan
8
Membersihkan tempat kerja yang digunakan untuk praktikum TItrasi Asam-Basa kuat
3
Peserta didik membuang sampah di tempatnya dan merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
2
Peserta didik membuang sampah di tempatnya dan merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
1
Peserta didik membuang sampah di tempatnya dan tidak merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula
0
Peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak merapikan tempat kerja (meja kursi) seperti semula

PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Kelompok                   : …………………
Judul Percobaan          : …………………
No
Komponen Laporan
Skor
Maksimal
Yang diperoleh

Judul Percobaan
2


Tujuan Percobaan
3


Dasar Teori
15


Alat dan bahan
5


Prosedur Kerja
10


Data Pengamatan
10


Diskusi dan Pembahasan
25


Kesimpulan
10


Daftar Pustaka
5


Jawaban Pertanyaan
10


Laporan Sementara
5


Total Skor
100

Rubrik Penilaian Laporan Praktikum Kimia
No.
Aspek
Skor
Keterangan
1
Judul Percobaan
0
Judul percobaan tidak ditulis
1
Judul percobaan ditulis, tapi tidak lengkap
2
Judul percobaan ditulis lengkap
2
Tujuan Percobaan
2
Ditulis seperti petunjuk praktikum
3
Tujuan ditulis dalam bentuk ABCD (audience, behavior, condition, and degree)
3
Dasar Teori
5
Memuat teori namun kurang relevan dengan materi praktiku,
10
Memuat secara singkat teori yang relevan dengan materi praktikum
15
Memuat secara lengkap teori yang relevan dengan materi praktikum
4
Alat dan bahan
2
Alat dan bahan ditulis, namun tidak lengkap
5
Alat dan bahan ditulis lengkap disertai jumlah dan ukuran
5
Prosedur Kerja
2
Ditulis namun tidak lengkap
5
Ditulis lengkap tanpa alur kerja
10
Ditulis lengkap beserta alur kerja
6
Data Pengamatan
5
Data yang ditulis hanya kondisi sesudah perlakuan
10
Data yang ditulis mencakup kondisi sebelum dan sesudah perlakuan
7
Diskusi dan Pembahasan
10
Membahas hasil pengamatan tanpa menghubungkan dasar teori
20
Menghubungkan hasil pengamatan dengan dasar teori namun tidak lengkap
25
Menghubungkan hasil pengamatan dengan dasar teori, dilengkapi dengan perhitungan, grafik, bagan serta paragraph yang mengarah kepada kesimpulan
8
Kesimpulan
5
Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum tetapi tidak mengarah kepada tujuan praktikum
10
Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah kepada tujuan praktikum
9
Daftar Pustaka
2
Tidak semua sumber pustaka ditulis
3
Semua sumber pustaka ditulis namun ada satu atau lebih sumber pustaka yang tata tulisnya kurang benar
5
Semua sumber pustaka dtulis dan tata tulisnya sudah benar
10
Jawaban Pertanyaan
10
Semua pertanyaan yang ada dijawab dengan benar
11
Laporan Sementara
0
Laporan sementara tidak dilampirkan
5
Laporan sementara dilampirkan

PENILAIAN AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
Jenjang Pendidikan     : Sekolah Menengah Atas
Mata pelajaran             : Kimia
Kelas/ semester           : XII/ 1
Alokasi waktu             : 2 X 45 menit
A.  Standar Kompetensi          : Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit.
B.  Kompetensi Dasar          : Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
C.  Indikator
I. Aspek Afektif
a. Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman lain.
b.Mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh.
II. Aspek Psikomotor
a. Melakukan percobaan dengan terampil.
KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Nama Instrumen         : Instrumen Penilaian Afektif
Jenjang/kelas               : SMA/XI
Mata Pelajaran            : Kimia
Kurikulum                   : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Variabel
Indikator
Deskriptor
Jumlah soal
Nomor Soal
Rubrik Penilaian Afektif
sikap terhadap mata pelajaran
Memperhatikan penjelasan guru.
1
1
sikap terhadap guru mata pelajaran,
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
1
7
sikap terhadap proses pembelajaran,
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
1
2
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
1
3
Bekerjasama dalam kelompok
1
4
Mengungkapkan gagasan
1
6
sikap terhadap materi pembelajaran,
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
1
8
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
1
9
sikap berhubungan dengan nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
1
5
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Tujuan           : Lembar Penilaian Aspek Afektif digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang  minat dan motivasi siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Petunjuk        : 1. Amati komponen afektif yang tampak dalam proses pembelajaran.
               2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
                        3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai. 
No
Aspek yang dinilai
Skor
Nama Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z

1.       
Memperhatikan penjelasan guru.
0

1

2

2.       
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
0

1

2

3.       
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
0

1

2

4.       
Bekerjasama dalam kelompok.
0

1

2

5.       
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
0

1

2

6.       
Mengungkapkan gagasan
0

1

2

7.       
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
0

1

2

8.       
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
0

1

2

9.       
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
0

1

2

Jumlah

Keterangan :  Sangat baik (2), Baik (1),  Tidak Baik (0)
                                                                                                                     Jambi,  ........................ 2019
                                                                                                                     Pengamat/Penilai



                                                                                                                   (............................................)
                                                                                                                     NIP.


Rentang Penilaian:
1. Memperhatikan penjelasan guru
ü  Sangat baik (memperhatikan guru dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan antusias dalam pembelajaran) = 2
ü  Baik (memperhatikan penjelasan guru, sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü  Tidak baik (tidak memperhatikan penjelasan guru, sering bercanda dengan teman) = 0
2. Serius dalam mengikuti pembelajaran
ü  Sangat baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bercanda selama pembelajaran) = 2
ü  Baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü  Tidak baik (tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, sering bercanda dengan teman) = 0
3. Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh
ü  Sangat baik (mengikuti diskusi dalam kelompok dengan sungguh-sungguh) = 2
ü  Baik (mengikuti diskusi kelompok sesekali sesekali bercanda dengan teman) = 1
ü  Tidak baik (tidak mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh) = 0
4. Kerjasama dalam diskusi
ü  Sangat baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok diskusi) = 2
ü  Baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok sesekali saja) = 1
ü  Tidak baik (tidak melakukan kerjasama dengan teman kelompok diskusi) = 0
5. Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
ü  Sangat baik (menerima pendapat teman, mengomentari dengan tingkah laku yang sopan) = 2
ü  Baik (menerima pendapat teman dengan tingkah laku yang kurang sopan)  = 1
ü  Tidak baik (tidak menghargai pendapat teman dan hanya menyalahkan saja) = 0
6. Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
ü Sangat baik (dapat mengungkapkan gagasan yang baik dan sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 2
ü Baik (dapat mengungkapkan gagasan yang kurang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 1
ü Tidak baik (tidak dapat mengungkapkan gagasan sedikitpun) = 0
7. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman
ü  Sangat baik (menjawab Pertanyaan yang diajukan guru atau teman dengan jawaban yang sesuai dengan yang ditanyakan) = 2
ü  Baik (menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman kurang tepat dari yang ditanyakan) = 1
ü  Tidak baik (tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru) atau teman = 0
8. Mampu menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan konteks lain.
ü  Sangat baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 2
ü  Baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru tetapi kurang terstruktur) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 0
9. Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran.
ü  Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan) = 2
ü  Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai = skor yang peroleh /18 x 100
Keterangan:
A               : 81-100     Sangat Baik
B                : 61-80       Baik
C                : 41-60       Cukup
D               : ≤ 40         Kurang
KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTOR
Nama Instrumen         : Rubrik Penilaian Psikomotor
Jenjang/kelas               : SMA/XI
Mata Pelajaran            : Kimia
Kurikulum                   : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
 
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTOR
Tujuan     : Lembar Penilaian Aspek Psikomotor digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang keterampilan siswa saat praktikum berlangsung.
Petunjuk          :
1. Amati komponen psikomotor yang tampak selama praktikum.
2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
Aspek yang dinilai
Skor
Nama Siswa

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
0
1
2
2.
Cara merangkai alat
0
1
2
3.
Keterampilan membuat campuran pendingin
0
1
2
4.
Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
0
1
2
5.
Keterampilan mengukur suhu dengan thermometer
0
1
2
Keterangan :  Sangat baik (2), Baik (1),  Tidak Baik (0)
                                                                                                                     Jambi,  ........................ 2019
                                                                                                                     Pengamat/Penilai


                                                                                                                    (............................................)
                                                                                                                      NIP.


Rentang Penilaian
1. Menyiapkan alat dan bahan
ü  Sangat baik (Semua alat bahan lengkap dipersiapkan dan tepat pada waktunya) = 2
ü  Baik (Alat dan bahan kurang lengkap dipersiapkan  dan kurang tepat pada waktunya) = 1
ü  Tidak baik (Alat dan bahan tidak lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada waktunya) = 0
2. Cara merangkai alat
ü  Sangat baik (dapat merangkai alat kesekuruhan) = 2
ü  Baik (dapat merangkai alat sebagian saja) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat merangkai alat) = 0
3. Keterampilan membuat campuran pendingin
ü  Sangat baik (dapat membuat campuran pendingin kesekuruhan) = 2
ü  Baik (dapat membuat campuran pendingin sebagian saja) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat membuat campuran pendingin) = 0
4. Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
ü  Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan ) = 2
ü  Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja ) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
5. Keterampilan mengukur suhu dengan termometer
ü  Sangat baik (dapat mengukur suhu, tanpa bertanya dengan teman/guru) = 2
ü  Baik (dapat mengukur, dengan bertanya dengan teman/guru) = 1
ü  Tidak baik (tidak dapat mengukur suhu) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai =skor yang diperoleh / 10 x 100  
Permasalahan
Bagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ? dan bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?

Komentar

  1. Menanggapi pertanyaan pertama tentang bagaimana cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia, sebenarnya dari uraian rini serta contoh-contoh rubrik penilaian afektif dan psikomotorik di atas sudah menjawab pertanyaan ini. Contoh yang rini berikan sudah cukup bagus dan dapat digunakan sebagai rubrik penilaian, tinggal disesuaikan dengan materi pembelajarannya saja.

    BalasHapus
  2. bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
    memang ada banyak kendala dalam pengaplikasian ribrik penilaian diantaranya : Pertama, kendala yang dialami oleh guru-guru adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran.
    hal ini terjadi tentu karena guru belum terbiasa dengan proses penilaian seperti itu dan dibutuhkan kerja keras dari guru untuk mneyelesaikan tugas tsb,

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan esa, bahwa dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam menilai siswa maka guru juga harus terus introspeksi diri apakah sudah objektif atau belum, dan terus menganalisis faktor apa saja yang menghambat dalam penilaian tsb. sehingga jika ini menjadi kebiasaan maka guru dapat menilai dengan lebih baik lagi

      Hapus
  3. Bagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ? dan bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?
    .
    Saya setuju dengan Kak Nelly, untuk menjawab bagaimana kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 dalam menyusun isntrumen penilaian maka Uraian yang Rini buat sudah menggambarkan kesesuaian kaidah tersebut. Terutama dalam merancang penilaian psikomotor, Rini sudah menjabarkan beberapa instrumen seperti Rubrik soal, Rubrik Lembar Observasi, Rubrik penilaian portofolio dimana menurut saya itu sudah sesuai dengan indikator yang hendak rini capai. Karena prinsip utama dalam membuat penilaian itu adalah dapat mengukur indikator yang hendak dicapai. Saya rasa yang Rini buat sudah mengukur indikaotr yang hendak dicapai. Lalu cara antisipasi dalam menyusun dan menilai rubrik penilaian adalah saya pernah berbincang dengan Kak Nelly yang sudah menjadi senior dalam bidang keguruan beliau mengatakan karena terlalu sulit menilai aspek afektif siswa satu per satu maka digunakan jurnal penilaian selama proses pembelajaran sehingga seluruh kegiatan yang menonjol dapat dicatat didalam jurnal sehingga guru tidak perlu keteteran dalam menilai siswa dari segi afektif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapaat dengan kaka fani bahwa cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 dengan cara menjabarkan beberapa indikator pencapaian dari rubrik Karena prinsip utama dalam membuat penilaian itu adalah dapat mengukur indikator yang hendak dicapai.

      Hapus
    2. penyusunan rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013. penjabaran nya haruslah sesuai dengan indikator dan tujuan. sesuaikan apa yang ingin diukur dengan alat pengukurnya.

      Hapus
  4. Bagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ?
    langkah pertama telaah KI dan KD pada materi contoh materi asam basa, kemudian di dalam praktikumnya apa yang hendak kalian tuntut dari mereka saat praktikum lalu tuliskan hal tersebut dalam kisi-kisi kemudian buatlah rubriknya. untuk afektif pun sama saja tinggal dipilih jenis yang paling sesuai dengan style anda dan yang terbaik dalam penilaian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimanakah cara menyusun suatu rubrik penilaian baik itu afektif maupun psikomotor sesuai dengan kaidah yang berlaku di kurikulum 2013 terkhusus pada materi kimia ?
      Saya sepndapt dengan saudari tri,
      Hal yg kita perhatikan pertama KI, KD dan indikator yg kita buat dari salah satu materi kimia,
      Setelah kita memiliki kisi_kisnya kita bisa mulai membuat rubrik penilaiannya yg kita sesuaikan dengan apa yg ingin kita capai.

      Hapus
    2. Saya setuju dengan teman temana. Dalam menyusun sebuah rubrik yg sesuai dengan kaidah kurikulum 2013 tidak lepas dari KI dan Kd dalam suatu materi.

      Hapus
  5. saya akan menjawab pertanyaan rini :

    bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?

    saya sependapat dengan esa dengan kendala pertama yang dialami oleh guru-guru adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran hal ini terjadi tentu karena guru belum terbiasa dengan proses penilaian seperti itu dan dibutuhkan suatu usaha, kerja keras dan pengalaman dari guru untuk menyelesaikan tugas .

    BalasHapus
  6. bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?

    menurut saya yaitu dnegan meminimalisisr keborosan waktu dan keinginan yang terlalu perfect ingin menilai harus dengan rubrik yang rumit, sesuaikan dengan kemampuan diri, pilih rubrik yang sesuai dengan materi dan apa yang harus dinilai tidak harus yang selalu rumit namunmampu menilai secara keseluruhan. setuju dengan pendapat fanny contohnya seperti penilaian afektif siswa,, tidak perlu guru menuliskan keterangan atau mengisi rubrik yang rumit satu persatu saat dikelas, cukup dengan menuliskan jurnal harian atau mingguan sikap yang menjol baik dan buruk dikelas, sehingga bisa kita rekap di harian atau minggu juga persiswanya jika aada waktu senggang, bukan dijam pelajaran karena akan sangat menghabiskan waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapapt dengan melda, kendala yang mungkin muncul saat penyusunanan biasanya pada saat pembuatan deskriptor agar tidak bias dan ambigu memerlukan waktu yang mungkin cukup panjang, jadi meminimalisir waktu akan cukup efektif utk mengurangi kendala yang muncul. sedikit tambahan, bahwa setiap kendala yang muncul mungkin muncul sebenarnya dapat diatasi dengan guru terus mengasah kemampuannya dalama menyusun rubrik penilaian, rubrik penilaian yang baik yakni rubrik yang reliabel, relevan, spesifik, sesuai kebutuhan dan selalu mengalami perbaikan tiap waktunya saat diaplikasikan. jika hal ini sudah dilakukan guru, saya rasa tidak akan ada kendala yang berarti yang akan muncul pada saat penyusunan maupun saat pengimplementasian rubrik.

      Hapus
  7. bagaimana kita mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi pada saat penyusunan maupun pengaplikasian rubrik penilaian tersebut ?

    artinya rubrik ini harus melalui proses validasi oleh ahli. atau jika memang instrumen berasal dari badan yang terakreditasi maka guru benar" harus objektif dalam menilai dan penilaian dilakukan pada saat itu juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI 1 : DESIGNING AUTHENTIC ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ pe...

MATERI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARANKIMIA Pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diterima siswa di SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu pembelajaran kimia dituntut untuk mempelajari ini dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Ilmu kimia merupakan produk temuan saintis dan proses. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada pendidikan menghendaki adanya pendekatan ilmiah didalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang dimaksud disini adalah pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang terdiri dari kegiatan...

MATERI 6

KEMAMPUANARGUMENTASI SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA Argumentasi Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk (2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Menurut Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat ...