Penilaian mahasiswa dalam
kegiatan yang menyangkut aspek keterampilan dalam kinerja saat mahasiswa
melakukan praktikum belum terlaksana dengan baik. Yang dinilai pada hasil praktikum
adalah berupa hasil laporan yang juga sering kali merupakan tugas kelompok.
Kemampuan mahasiswa saat melakukan unjuk keterampilan dalam melakukan proses
pembelajaran selama ini belum teramati dan terukur dengan baik. Salah satu
bentuk penilaian yang paling tepat untuk mengukur keterampilan praktikum
mahasiswa adalah dengan performance assessment atau penilaian kinerja
(Sapriati, 2006)
A. Performance
Assessment (Penilaian Kinerja)
Teknik
penilaian kinerja (performance assessment) merupakan proses penilaian
yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu
hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar
(kompetensi) yang menuntut siswa untuk melakukan tugas/gerak
(psikomotorik). Performance Assessment diwujudkan berdasarkan
“empat asumsi” pokok, yaitu:
1. Penilaian
kinerja yang didasarkan pada partisipasi aktif siswa,
2. Tugas-tugas yang diberikan
atau dikerjakan oleh siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan proses pembelajaran
3. Penilaian
tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada suatu saat dalam proses
pembelajaran, tetapi lebih dari itu, penilaian juga dimaksudkan untuk
memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri
4. Dengan
mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan digunakan untuk mengukur dan menilai
keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan terbuka dan aktif berupaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tugas-tugas
penilaian kinerja (performance assessment) dapat
diwujudkan dengan berbagai bentuk:
1. Group
performance assessment, yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan secara
kelompok.
2. Individual
performance assessment, yaitu tugas-tugas individual yang harus
diselesaikan secara mandiri.
3. Observasi, yaitu
meminta siswa melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan tugas tersebut siswa
diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup. Observasi dapat pula dilakukan
dalam bentuk observasi partisipatif.
4. Portofolio, satu
kumpulan hasil karya siswa yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan
kategori kegiatan.
5. Project,
exhibition, or demonstrationyaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam
suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan
sampai pada tingkat tertentu pula.
B. Pengembangan
Instrumen Performance Assesment dalam Pembelajaran Kimia
Seperti telah
dikemukakan, bahwa performance
assessment secara prinsip terdiri dari dua bagian, yaitu
tugas (task) dan kriteria. Tugas-tugas kinerja (performance task) dapat berupa
suatu proyek, pameran, portofolio dan tugas-tugas yang mengharuskan siswa
memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan
pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk paling
nyata (real world applications). Kriteria atau rubrik merupakan panduan
untuk memberi skor, harus jelas dan disepakati oleh siswa dan pendidik.
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penilaian kinerja (performance assessment),
diantaranya:
a. Langkah-langkah
kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukan kinerja dari suatu
kompetensi.
b. Kelengkapan
dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan
khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Upayakan
kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua yang ingin
dinilai dapat dinilai
e. Kemampuan
yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati. Penilaian kinerja (performance assessment) dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks
untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi
dasar. Guru dapat mengembangkan instrumen penilaian sesuai kebutuhan. Format
penilaian dapat disusun secara sederhana ataupun secara lengkap.
Ada 7 kriteria
Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja (Performance Assessment)
berkualitas atau tidak.
1. Generability:
apakah kinerja siswa dalam melakukan tugas yang diberikan sudah memadai untuk
digeneralisasikan kepada tugas lain.
2. Authenticity:
apakah tugas yg diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapi dalam
praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple
foci: apakah tugas yg diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu
kemampuan yang diinginkan
4. Teachability:
tugas yg diberikan merupakan tugas yg hasilnya makin baik karena adanya usaha
mengajar guru di kelas?
5. Fairness:
apakah tugas yg diberikan sudah adil untuk semua siswa.
6. Feasibility:
apakah tugas yg diberikan relevan utk dapat dilaksanakan (faktor biaya, tempat,
waktu atau alat)
7. Scorability:
apakah tugas yg diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable?
Penilaian
kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan.
Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara
“mengetahui bagaimana melakukan sesuatu”‘ dengan mampu secara nyata melakukan
hal tersebut”. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum
tentu dapat mengoperasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada
hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real
world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat penting artinya
untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat
menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia, penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila
dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih
baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali
penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan
tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar
jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses
dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai
kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk
koloid siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam
melakukan tahapan pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar
mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan
penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran kimia bila
dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil
belajar.
Penilaian kinerja
memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian tradisional. Kekuatan
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
1) siswa
dapat mendemonstrasikan suatu proses,
2) proses
yang didemontrasikan dapat diobservasi;
3) menyediakan
evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran, kemampuan
lisan, dan keteramplian – keterampilan fisik;
4) adanya
kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas‑tugas
yang akan dikerjakan;
5) menilai
hasil pembelajaran dan keterampilan‑keterampilan yang kompleks;
6) memberi
motivasi yang besar bagi siswa; serta
7) mendorong
aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Selain memiliki kekuatan,
penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu;
1) sangat,
menuntut waktu dan usaha;
2) pertimbangan (jadgement) dan
penskoran sifatnya lebih subyektif;
3) lebih
membebani guru; dan
4) mempunyai
reliabilitas yang cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki
keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran
kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai siswa.
Perangkat penilaian
kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran. Guru kimia
dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian kinerja agar
cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba
dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat
dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi
lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat
dikemukakan sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar
dan tujuan utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau
sesuai dunia nyata); 3) Integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep,
sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran bersifat open
ended (merangsang munculnya pertanyaan‑pertanyaan sepanjang pengerjaan
tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong
siswa menjadi pemikir yang divergen dan
bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan dapat
dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan
kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas
individual (meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah
diobservasi); 11) terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk
yang jelas, 12) pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan;
13) siswa memiliki beberapa format pilihan cara untuk mempresentasikan produk
akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan; 15) panduan
penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode
yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: 1) observasi;
2) interview, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical
examinatian); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar
cek (checklist), 10)penilaian oleh teman (peer rating); 11) penilaian diskusi; dan 12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah‑langkah
utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja
yaitu: 1) menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih
fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk, atau keduanya), 3) memilih
tingkatan realisme yang sesuai (menentukan seberapa besar tingkat
keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4) memilih metode observasi, pencatatan
dan penskoran; 5) mengujicoba task dan rubrik pada pembelajaran; serta 6)
memperbaiki task dan rubrik berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan pada
pembelajaran berikutnya.
Terdapat 5 aspek yang dinilai,
yaitu:
1. Teknik dasar kerja laboratorium
Berupa penggunaan alat,
pemahaman sifat zat, pencucian dan pembuatan larutan, penanganan limbah,
pemeliharaan alat dan bahan. Dapat dinilai dengan cara observasi menggunakan
skala beda semantik, contoh:
sangat
kompeten
tidak kompeten
3
2 1
0
1
2 3
2. Perhitungan
Dari data pengamatan dan
laporan yang dikerjakan. Penilaian menggunakan skala sebagai berikut:
teliti
tidak teliti
3
2
1
0 1
2 3
3. Intrepretasi data
Data yang diperoleh harus
akurat dan reliabilitas, oleh karena itu untuk memperolehnya dapat menggunakan
berbagai alat ukur. contoh pada penentuan sifat asam basa suatu zat dapat diuji
dengan berbagai alat uji, misal indikator alami, kertas lakmus, indikator
universal, pH meter. Penilaian dengan menggunakan skala sebagai berikut:
lengkap tidak
lengkap
3
2
1
0
1 2
3
4. Perakitan Alat
Dalam melakukan
praktikum, siswa harus mampu merakit alat percobaan sehingga dapat digunakan
dalam praktikum. Penilaian menggunakan skala sebagai berikut:
tepat tidak
tepat
3
2
1
0
1
2 3
5. Referensi Ilmiah
Setelah melakukan
praktikum dan memperoleh data pengamatan, hasil percobaan dibahas dan
dihubungkan dengan konsep yang mendukung data pengamatan. Diperlukan
beberapa referensi ilmiah dalam mengerjakan laporan praktikum. Penilaian
menggunakan skala sebagai berikut:
relevan
tidak relevan
3
2
1
0
1 2
3
Dalam pembelajaran kimia,
aspek psikomotor banyak dilakukan dalam bentuk kerja ilmiah di
laboratorium. Atas dasar hal ini penilaian aspek psikomotor banyak dilakukan
untuk kerja laboratorium. Pedoman observasi banyak dipakai untuk melakukan
penilaian kegiatan eksperimen di laboratorium kimia. Contoh suatu pedoman
observasi pelaksanaan eksperimen kimia (kompetensi
psikomotor) ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Contoh Pedoman Observasi dalam
Eksperimen Kimia
Judul Eksperimen : ………………………
Nama Peserta Didik : ………………….
|
|||||||
No
|
Aspek-aspek yang diamati
|
Skala nilai
|
Skor
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
1.
|
Cara menyiapkan alat
|
||||||
2.
|
Cara memasang alat
|
||||||
3.
|
Cara menyiapkan bahan
|
||||||
4.
|
Ketepatan memilih indikator
|
||||||
5.
|
Cara melakukan titrasi
|
||||||
6.
|
Ketepatan membaca titik awal titrasi
|
||||||
7.
|
Ketepatan membaca titik akhir titrasi
|
||||||
8.
|
Kebenaran perhitungan
|
||||||
Skor Total
|
Penilaian kinerja
(performance assessment) dapat juga dilakukan
menggunakan check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek yang
dicantumkan dalam daftar cek, kemudian guru tinggal memberi tanda cek (ü) pada tiap-tiap
aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Kelemahannya adalah guru atau
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, ya-tidak. Siswa mendapatkan skor
apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
pendidik/penilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka siswa tidak
mendapat skor. Contoh daftar cek tentang kinerja peserta didik dalam presentasi
kelas secara individual (kompetensi kognitif) dapat dilihat pada tabel 2
Berilah tanda () jika:
1. permasalahan yang dibahas
terumuskan dengan jelas
2. ada
relevansi uraian dengan permasalahan yang dibahas.
3. uraian
luas dan mendalam
4. uraian
jelas dan tidak salah konsep
5. uraian
disampaikan dengan lancar
6. sanggahan/argumentasi
logis dan kuat
7. bahasa
baik dan benar
Tabel 2. Contoh Daftar Cek Presentasi
Kelas
No
|
Nama Peserta Didik
|
Aspek yang Dinilai
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
∑
|
||
1
|
|||||||||
2
|
|||||||||
3
|
|||||||||
4
|
|||||||||
5
|
|||||||||
6
|
Dst…
|
||||||||
Skor Total
|
Dalam daftar cek hanya
dapat dicatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam
skala lajuan (rating scale) gejala-gejala yang akan diobservasi disusun dalam
tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya menilai secara
mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh dapat dinilai
bagaimana intensitas gejalanya. Contoh skala lajuan tentang partisipasi peserta
didik dalam mata pelajaran kimia (kompetensi afektif) ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Contoh Skala Lajuan Partisipasi
Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Kimia
Nama Peserta didik :
|
|||||||
No
|
Pernyataan/Indikator
|
Sangat tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sangat rendah
|
∑
|
1.
|
Kehadiran di kelas
|
||||||
2.
|
Aktivitas di kelas
|
||||||
3.
|
Ketepatan waktu
|
||||||
4.
|
Mengumpulkan tugas
|
||||||
5.
|
Kerapihan buku bacaan
|
||||||
6.
|
Partisipasi dalam praktikum
|
||||||
7.
|
Kerapihan laporan praktikum
|
||||||
8.
|
Partisipasi kegiatan kelompok
|
||||||
Skor total
|
Selain
format yang sederhana, guru juga dapat mengembangkan
instrumen untuk Performance assessment dengan kriteria berupa
rubrik yang lengkap. Meskipun penggunaan rubrik ini relatif menyita
waktu, akan tetapi dengan rubrik yang lengkap guru dapat mengungkap
profil performancepeserta didik. Contohnya untuk topik eksperimen
Pengenalan larutan dan indikator asam-basa,performance peserta didik yang
dinilai dalam eksperimen meliputi, cara menggunakan kertas lakmus, cara
menggunakan larutan indikator, dan cara mengelola zat sisa eksperimen.
Tabel 4. Contoh Rubrik
untuk Performance Assesment dalam Praktikum Kimia
No.
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Kriteria
|
1.
|
Caramenggunakankertas lakmus dan larutan
indikator
|
1
|
· Bila
4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
2
|
· Bila
3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
3
|
· Bila
2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
4
|
· Bila
1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
5
|
· menggunakan
kertas lakmus sesuai dengan prosedur percobaan
· mengamati
perubahan yang terjadi pada kertas lakmus yang telah dicelupkan
pada larutan sampel
· menggunakan
larutan indikator sesuai dengan prosedur percobaan
· mengamati
perubahan warna larutan indikator dalam larutan sampel
|
||
2.
|
Cara menggunakan indikator asam- basa
|
1
|
· Bila
4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
2
|
· Bila
3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
3
|
· Bila
2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
4
|
· Bila
1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
5
|
· Menggunakan
indikator asam-basa secukupnya
· Tidak
mencampur indikator asam-basa yang satu dengan indikator
asam-basayang lain
· Dapat
menjelaskan perubahan warna yang terjadi pada larutan yang diuji
dengan indikator asam-basa
|
||
3.
|
Mengelola zat sisa eksperimen
|
1
|
· Bila
5 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
2
|
· Bila
4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
3
|
· Bila
3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
4
|
· Bila
2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
5
|
· membuang
larutan yang sudah digunakan ke dalam tempat yang telah disediakan (sesuai
dengan jenis larutan)
· membuang
zat padat yang sudah digunakan ke dalam tempat sampah yang tersedia
· tidak
mengembalikan larutan yang sudah
diambil tetapi belum
digunakan pada tempat larutan semula
|
Peserta didik dengan
kategori sangat baik yang memiliki skor performance sebesar 15. Skor
ini merupakan skor tertinggi dalam kriteria penilaian pada eksperimen tersebut.
Peserta didik dengan skor 15 karena saat berlangsungnya penilaian kinerja,
peserta didik tersebut melakukan setiap tahap eksperimen dengan benar, teliti,
dan hati-hati. Peserta didik tersebut menggunakan kertas lakmus dan larutan
indikator sesuai prosedur eksperimen serta mengamati perubahan warna yang
terjadi, mengambil larutan dengan cara menuangkan larutan ke dalam gelas kimia
kemudian mengambil larutan dalam gelas kimia tersebut dengan pipet tetes dan
memasukkannya ke dalam pelat tetes. Ketika memegang pipet tetes yang berisi
larutan, pipet tetes dalam posisi vertikal sehingga larutan tidak mengalir ke
dalam karet pipet. Zat sisa eksperimen dikelola dengan baik, larutan yang sudah
digunakan dan larutan yang sudah diambil dan belum digunakan dibuang dalam
tempat yang telah disediakan. Zat padat yang digunakan dalam eksperimen dibuang
ke dalam tempat sampah.
Skor yang tidak sempurna
diperoleh jika peserta didik melakukan beberapa kesalahan. Misalnya peserta
didik tersebut terbalik saat menyebutkan perubahan warna yang terjadi pada
kertas lakmus merah dan lakmus biru. Peserta didik tersebut menggunakan larutan
dalam lubang pelat tetes yang sama untuk menguji larutan dengan kertas lakmus
dan larutan indikator asam-basa yang lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi
perubahan warna yang terjadi, sedangkan kesalahan yang umum terjadi dalam
eksperimen dengan topik pengenalan larutan dan indikator asam-basa adalah
peserta didik memegang pipet yang berisi larutan dalam posisi horizontal dan
mencuci pipet tetes berikut dengan karet pipetnya.
Tabel 5. Contoh Rubrik untuk Penilaian
Laporan Praktikum
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Kriteria
|
1.
|
Bentuk Laporan
|
1
|
· Bila
4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
2
|
· Bila
3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
3
|
· Bila
2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
4
|
· Bila
1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
|
||
5
|
· Tulis
tangan
· Menarik
· Sistematik
· Bahasa yang digunakan komunikatif (mudah
dipahami)
· Menyajikan
dasar teori yang sesuai dengan tujuan praktikum
|
||
2.
|
Data Pengamatan
|
1
|
Tidak melampirkan data pengamatan
|
2
|
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
3
|
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
4
|
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
5
|
· Data yang disajikan
dalam bentuk tabel dan atau grafik
· Data yang disajikan
sesuai dengan hasil praktikum
· Data yang disajikan
jelas, dan mudah dipahami
|
||
3.
|
Pembahasan
|
1
|
Tidak menyajikan pembahasan
|
2
|
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
3
|
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
4
|
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
5
|
· Bahasa yang digunakan komunikatif
· Pembahasan
sesuai dengan hasil praktikum
· Adanya hubungan antara pembahasan dengan
literatur yang diambil
|
||
4.
|
Ketepatan
Pengambilan Kesimpulan
|
1
|
· Kesimpulan
tidak disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif
· Kesimpulan
yang diambil tidak berdasarkan data pengamatan
· Kesimpulan
yang disajikan tidak sesuai dengan pembahasan
· Kesimpulan
tidak sesuai dengan tujuan praktikum
|
2
|
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
3
|
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
4
|
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
|
||
5
|
· Kesimpulan
disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif
· Kesimpulan
sesuai dengan tujuan praktikum
· Kesimpulan yang disajikan sesuai dengan
pembahasan
· Kesimpulan yang diambil berdasarkan data
pengamatan
|
||
5.
|
Waktu pengumpulan laporan resmi
|
1
|
Terlambat 4 hari atau lebih
|
2
|
Terlambat 3 hari
|
||
3
|
Terlambat 2 hari
|
||
4
|
Terlambat 1 hari
|
||
5
|
Tepat waktu
|
Pada saat praktikum di laboratorium, peserta didik
cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur
praktikum yang ditentukan gurunya. lalu bagaimana cara guru disini dalam
menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas
dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ? kemudian bagaimana sistem
penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di
rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?
bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
BalasHapusmenurut saya penilaian dapat dilakukan dengan cara observasi, portofolio; dan ujian praktek. karena observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya. sehingga guru dapat menilai aspek yang diamati pada Teknik dasar kerja laboratorium seperti: ketelitian, kecepatan kerja, kerjasama, dan kejujuran siswa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus
BalasHapusbagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?
Rubrik tetap di susun berdasarkan kinerja/ indikator yg ingin di capai, penilaian dapat di lakukan dengan maksimal dengan tambahan siswa membuatkan video ia melakukan percobaan, dan membawa hasil percobaan kesekolah untuk di presentasikan atau lain sebagainy.
Setuju dengan bang sugeng rubrik tetap di buat sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk menilainya guru bisa menbuat aturan dengan cara siswa merekam kegiatan dari awal sampai akhir. Beserta laporan individu di tambah laporan perkelompok.
Hapusmenurut saya pembagian kerja dalam praktikum itu boleh dilakukan karena didalam praktikum kerja tim itu sangat berpengaruh, jadi didalam tim membutuhkan pembagian kerja. sebelum siswa melakukan percobaan setiap siswa harus telah mengetahui prosedur percobaan yang akan dilakukannya bersama timnya. Pembagian kerja yang dapat dilakukan minsalnya satu kelompok terdiri dari 5 orang maka tugas dibagi menjadi satu orang siswa menjadi no tulis percobaan, yang satu siswa lagi mengambil alat yang akan digunakan, yang satu lgi mengambil bahan yang akan digunakan dan setelah terkumpul alat yang dibahan yang akan digunakan makan dua orang yang tersisa merangkai alat dan melakukan percobaan secara bersama. Sebenarnya jika semua siswa aktif pembagian tugas kerja sangat baik karena siswa kreatif membuat pembagian kerja.... ada bagian "kolaboratif" yang terlihat. tetapi disarankan agar setelah pembagian tugas siswa melakukan sharing. gurulah yg harus bisa mengarahkan hal tersebut. untuk menilai hal tersebut dapat melakukan tugas portofolio, seperti membuat laporan praktikum. karena dengan begitu siswa akan mengingat kembali dan bertanya pada kelompoknya. jadi peran guru dalam mengontrol dan menilai kerjasama dalam tim pada saat pratikum harus sangat jeli.
BalasHapussaya sependapat dengan fira bahwa di dalam pratikum boleh dilakukan pembagian kerja tim karena sangat berpengaruh kinerja dan disini peran guru dapat mengontrol dan menilai kerjasama dalam tim pada saat pratikum.
Hapuspada saat praktikum di laboratorium, peserta didik cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. lalu bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
BalasHapusmenurut saya, pembagian tugas dalam melakukan praktikum adalah hal yang sangat baik dan sistematis, mereka memahami bahwa tidak semua tangan bisa mengerjakan satu pekerjaan, apalagi percobaan yang hanya mengamati dan mencampur-campurkan zat, jika banyak tangan yang mengerjakan bisa saja salah campur zat, atau terlalu sibuk semua melakukan hal yang sama waktu tidak akan efektif, yang mengamati dan mencatat hal yang terjadi juga tidak ada, sehingga tidak terlihat kerjasama siswa dan keteraturan atau sistematis dari prosedur kerja yang ada.... Lalu jika tugasnya terbagi-bagi bagaimana menilainya. disinilah peran guru melihat apa yang dilakukan siswa, apakah sudah baik pembagian tugasnya, aertinya semua mau bekerja sudah memiliki penailan tersendiri, kemampuan bekerjasama, kemampuan melakukan prosedur, untu, hasil akhir atau kesimpulan, siswa bisa diskusi terlebih dahulu langkah-langkah apasaja yang mereka lakukan,, apa yang terjadi dan bagaimana hasilnya. dan kita bisa cek atau tanyakan kembali di akhir proses pembelajaran. banyak penilaian yang bisa digunakan dalam hal ini yang jelas salah satunya lembar observasi yang sangat jelas tampak hnyata terlhita situasi yang terjadi.
saya setuju dengan pendapat kk melda, jika dianggap masih kurang guru bisa memberikan tes lisan atau tertulis terkait percobaan jadi tidak ada siswa yang tidak paham
HapusBagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
BalasHapusBisa menggunakan post test dan pre test, menggunakan lembar penilaian diri sendiri, lembar penilaian antar teman, laporan portofolio individu
Bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?
Rubrik penilaian portofolio produk, kita bisa melihat produk yang dibuat seperti apa. Dan untuk menghindari ada yang tidak bekerja bisa menggunakan penialain antar teman. Saya rasa peserta didik saat ini sudah pintar dalam menilai dan mereka sudah paham apabila ada teman yang tidak bekerja sebaiknya ditegur atau tidak dimasukkan nama dalam penilaian.
saya akan menjawab pertanyaan rini, bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?
BalasHapusmenurut saya ini bisa diatasi dengan meminta siswa untuk mengumpulkan video pada saat praktikum/percobaan yang dilakukan dirumah tersebut diperkuat dengna penilaian melalui tes tulis bisa essai terstruktur maupun pilihan ganda namun dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi (lebih ke HOTS).
menurut saya kelompok kerja siswa yang seperti itu diperbolehkan dan untuk menilainya bisa diawal kita beritahu siswa untuk secara bergantian dalam melaksanakan praktikum. misal ada 2 sub topik laju reaksi yaitu pengaruh konsentrasi dan luas permukaan. 1 kelompok siswa yg terdiri dari 6 orng misalnya dibagi 2. 3 orang mengerjakan konsentrasi, yang 3 nya sebagai notulen, presentator, dan koordinator. nah, ketika nanti luas permukaan dilakukan yang 3 sebagai notulen, dll diminta untuk melaksanakan praktikum.
BalasHapusDalam kasus saat praktikum di laboratorium, peserta didik yang cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. Maka cara guru dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai adalah dengan cara membuat instrumen penilaian yang bersifat umum seperti : Kerajinan, ketelitian, kedisiplinan, dll yang dapat diamati dalam berbagai jenis kegiatan.
BalasHapusBukan penilaian khusus seperti : cara menimbang zat, cara memipet, dll