Langsung ke konten utama

MATERI 2


Penilaian mahasiswa dalam kegiatan yang menyangkut aspek keterampilan dalam kinerja saat mahasiswa melakukan praktikum belum terlaksana dengan baik. Yang dinilai pada hasil praktikum adalah berupa hasil laporan yang juga sering kali merupakan tugas kelompok. Kemampuan mahasiswa saat melakukan unjuk keterampilan dalam melakukan proses pembelajaran selama ini belum teramati dan terukur dengan baik. Salah satu bentuk penilaian yang paling tepat untuk mengukur keterampilan praktikum mahasiswa adalah dengan performance assessment atau penilaian kinerja (Sapriati, 2006) 
A. Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Teknik penilaian kinerja (performance assessment) merupakan proses  penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut siswa untuk melakukan tugas/gerak (psikomotorik). Performance Assessment diwujudkan berdasarkan “empat asumsi” pokok, yaitu: 
1.      Penilaian kinerja yang  didasarkan pada partisipasi aktif siswa,
2.     Tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran
3.      Penilaian tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada suatu saat dalam proses pembelajaran, tetapi lebih dari itu, penilaian juga dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri
4.   Dengan mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan terbuka dan aktif berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tugas-tugas penilaian kinerja (performance assessment) dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk:
1.      Group performance assessment, yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok.
2.   Individual performance assessment, yaitu tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri.
3.   Observasi, yaitu meminta siswa melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan tugas tersebut siswa diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup. Observasi dapat pula dilakukan dalam bentuk observasi partisipatif.
4.   Portofolio, satu kumpulan hasil karya siswa yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
5.   Project, exhibition, or demonstrationyaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkat tertentu pula.
B. Pengembangan Instrumen Performance Assesment dalam Pembelajaran Kimia
Seperti telah dikemukakan, bahwa performance assessment secara prinsip terdiri dari dua bagian, yaitu tugas (task) dan kriteria. Tugas-tugas kinerja (performance task) dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio dan tugas-tugas yang mengharuskan siswa memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk paling nyata (real world applications). Kriteria atau rubrik merupakan panduan untuk memberi skor, harus jelas dan disepakati oleh siswa dan pendidik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian kinerja (performance assessment), diantaranya:
a.    Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetensi.
b.     Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c.      Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d.    Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua yang ingin dinilai dapat dinilai
e.      Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. Penilaian kinerja (performance assessment) dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Guru dapat mengembangkan instrumen penilaian sesuai kebutuhan. Format penilaian dapat disusun secara sederhana ataupun secara lengkap.
Ada 7 kriteria Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja (Performance Assessment) berkualitas atau tidak.
1.    Generability: apakah kinerja siswa dalam melakukan tugas yang diberikan sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas lain.
2.   Authenticity: apakah tugas yg diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapi dalam praktek kehidupan sehari-hari
3.   Multiple foci: apakah tugas yg diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan
4.    Teachability: tugas yg diberikan merupakan tugas yg hasilnya makin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas?
5.      Fairness: apakah tugas yg diberikan sudah adil untuk semua siswa.
6.     Feasibility: apakah tugas yg diberikan relevan utk dapat dilaksanakan (faktor biaya, tempat, waktu atau alat)
7.      Scorability: apakah tugas yg diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable?
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “mengetahui bagaimana melakukan sesuatu”‘ dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut”. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoperasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia, penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk koloid siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran kimia bila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
1)      siswa dapat mendemonstrasikan suatu proses,
2)      proses yang didemontrasikan dapat diobservasi;
3)     menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran, kemampuan lisan, dan keteramplian – keterampilan fisik;
4)   adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas‑tugas yang akan dikerjakan;
5)      menilai hasil pembelajaran dan keterampilan‑keterampilan yang kompleks;
6)      memberi motivasi yang besar bagi siswa; serta
7)      mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu;
1)      sangat, menuntut waktu dan usaha;
2)      pertimbangan (jadgement) dan penskoran sifatnya lebih subyektif;
3)      lebih membebani guru; dan
4)   mempunyai reliabilitas yang cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai siswa.
Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran. Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian kinerja agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia nyata); 3) Integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan‑pertanyaan sepanjang pengerjaan tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan dapat dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas individual (meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah diobservasi); 11) terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas, 12) pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format pilihan cara untuk mempresentasikan produk akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: 1) observasi; 2) interview, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical examinatian); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist), 10)penilaian oleh teman (peer rating); 11) penilaian diskusi; dan 12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah‑langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja yaitu: 1) menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk, atau keduanya), 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai (menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4) memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5) mengujicoba task dan rubrik pada pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Terdapat 5 aspek yang dinilai, yaitu:
1. Teknik dasar kerja laboratorium
Berupa penggunaan alat, pemahaman sifat zat, pencucian dan pembuatan larutan, penanganan limbah, pemeliharaan alat dan bahan. Dapat dinilai dengan cara observasi menggunakan skala beda semantik, contoh:
sangat kompeten                    tidak kompeten
3          2          1         0        1         2          3
2. Perhitungan
Dari data pengamatan dan laporan yang dikerjakan. Penilaian menggunakan skala sebagai berikut:
teliti                                  tidak teliti
3          2          1         0        1         2          3
3. Intrepretasi data
Data yang diperoleh harus akurat dan reliabilitas, oleh karena itu untuk memperolehnya dapat menggunakan berbagai alat ukur. contoh pada penentuan sifat asam basa suatu zat dapat diuji dengan berbagai alat uji, misal indikator alami, kertas lakmus, indikator universal, pH meter. Penilaian dengan menggunakan skala sebagai berikut:
lengkap                           tidak lengkap
3          2          1         0        1         2          3
4. Perakitan Alat
Dalam melakukan praktikum, siswa harus mampu merakit alat percobaan sehingga dapat digunakan dalam praktikum. Penilaian menggunakan skala sebagai berikut:
tepat                                  tidak tepat
3          2          1         0        1         2          3
5. Referensi Ilmiah
Setelah melakukan praktikum dan memperoleh data pengamatan, hasil percobaan dibahas dan dihubungkan dengan konsep yang mendukung data pengamatan. Diperlukan  beberapa referensi ilmiah dalam mengerjakan laporan praktikum. Penilaian menggunakan skala sebagai berikut:
relevan                          tidak relevan
3          2          1         0        1         2          3
Dalam pembelajaran kimia, aspek psikomotor banyak dilakukan dalam bentuk kerja ilmiah di laboratorium. Atas dasar hal ini penilaian aspek psikomotor banyak dilakukan untuk kerja laboratorium. Pedoman observasi banyak dipakai untuk melakukan penilaian kegiatan eksperimen di laboratorium kimia. Contoh suatu pedoman observasi pelaksanaan eksperimen kimia (kompetensi psikomotor) ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Contoh Pedoman Observasi dalam Eksperimen Kimia
Judul Eksperimen : ………………………
Nama Peserta Didik : ………………….
No
Aspek-aspek yang diamati
Skala nilai
Skor
5
4
3
2
1
1.
Cara menyiapkan alat
2.
Cara memasang alat
3.
Cara menyiapkan bahan
4.
Ketepatan memilih indikator
5.
Cara melakukan titrasi
6.
Ketepatan membaca titik awal titrasi
7.
Ketepatan membaca titik akhir titrasi
8.
Kebenaran perhitungan
Skor Total
Penilaian kinerja (performance assessment) dapat juga dilakukan menggunakan check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek yang dicantumkan dalam daftar cek, kemudian guru tinggal memberi tanda cek (ü) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Kelemahannya adalah guru atau penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, ya-tidak. Siswa mendapatkan skor apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh pendidik/penilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka siswa tidak mendapat skor. Contoh daftar cek tentang kinerja peserta didik dalam presentasi kelas secara individual (kompetensi kognitif) dapat dilihat pada tabel 2
Berilah tanda () jika:
1.      permasalahan yang dibahas terumuskan dengan jelas
2.      ada relevansi uraian dengan permasalahan yang dibahas.
3.      uraian luas dan mendalam
4.      uraian jelas dan tidak salah konsep
5.      uraian disampaikan dengan lancar
6.      sanggahan/argumentasi logis dan kuat
7.      bahasa baik dan benar
Tabel 2. Contoh Daftar Cek Presentasi Kelas

No

Nama Peserta Didik
Aspek yang Dinilai
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
Dst…
Skor Total
Dalam daftar cek hanya dapat dicatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala lajuan (rating scale) gejala-gejala yang akan diobservasi disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya menilai secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh dapat dinilai bagaimana intensitas gejalanya. Contoh skala lajuan tentang partisipasi peserta didik dalam mata pelajaran kimia (kompetensi afektif) ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Contoh Skala Lajuan Partisipasi Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Kimia
Nama Peserta didik :

No

Pernyataan/Indikator
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

1.
Kehadiran di kelas
2.
Aktivitas di kelas
3.
Ketepatan waktu
4.
Mengumpulkan tugas
5.
Kerapihan buku bacaan
6.
Partisipasi dalam praktikum
7.
Kerapihan laporan praktikum
8.
Partisipasi kegiatan kelompok
Skor total
Selain format yang sederhana, guru juga dapat mengembangkan instrumen untuk Performance assessment dengan kriteria berupa rubrik yang lengkap. Meskipun penggunaan rubrik ini relatif menyita waktu, akan tetapi dengan rubrik yang lengkap guru dapat mengungkap profil performancepeserta didik. Contohnya untuk topik eksperimen Pengenalan larutan dan indikator asam-basa,performance peserta didik yang dinilai dalam eksperimen meliputi, cara menggunakan kertas lakmus, cara menggunakan larutan indikator, dan cara mengelola zat sisa eksperimen.
Tabel 4. Contoh Rubrik untuk Performance Assesment dalam Praktikum Kimia
No.
Aspek yang dinilai
Skor
Kriteria





1.



Caramenggunakankertas lakmus dan larutan indikator
1
·    Bila 4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
2
·    Bila 3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
3
·    Bila 2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
4
·    Bila 1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi




5
·    menggunakan kertas lakmus sesuai dengan prosedur percobaan
·    mengamati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus yang telah dicelupkan pada larutan sampel
·    menggunakan larutan indikator sesuai dengan prosedur percobaan
·    mengamati perubahan warna larutan indikator dalam larutan sampel





2.




Cara menggunakan indikator asam- basa
1
·   Bila 4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
2
·   Bila 3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
3
·   Bila 2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
4
·   Bila 1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi



5
·   Menggunakan indikator asam-basa secukupnya
·   Tidak mencampur indikator asam-basa yang satu dengan indikator asam-basayang lain
·   Dapat menjelaskan perubahan warna yang terjadi pada larutan yang diuji dengan indikator asam-basa


3.

Mengelola zat sisa eksperimen
1
·   Bila 5 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
2
·   Bila 4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
3
·   Bila 3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
4
·   Bila 2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
5
·   membuang larutan yang sudah digunakan ke dalam tempat yang telah disediakan (sesuai dengan jenis larutan)
·   membuang zat padat yang sudah digunakan ke dalam tempat sampah yang tersedia
·   tidak mengembalikan larutan yang sudah
diambil tetapi belum digunakan pada tempat larutan semula
Peserta didik dengan kategori sangat baik yang memiliki skor performance sebesar 15. Skor ini merupakan skor tertinggi dalam kriteria penilaian pada eksperimen tersebut. Peserta didik dengan skor 15 karena saat berlangsungnya penilaian kinerja, peserta didik tersebut melakukan setiap tahap eksperimen dengan benar, teliti, dan hati-hati. Peserta didik tersebut menggunakan kertas lakmus dan larutan indikator sesuai prosedur eksperimen serta mengamati perubahan warna yang terjadi, mengambil larutan dengan cara menuangkan larutan ke dalam gelas kimia kemudian mengambil larutan dalam gelas kimia tersebut dengan pipet tetes dan memasukkannya ke dalam pelat tetes. Ketika memegang pipet tetes yang berisi larutan, pipet tetes dalam posisi vertikal sehingga larutan tidak mengalir ke dalam karet pipet. Zat sisa eksperimen dikelola dengan baik, larutan yang sudah digunakan dan larutan yang sudah diambil dan belum digunakan dibuang dalam tempat yang telah disediakan. Zat padat yang digunakan dalam eksperimen dibuang ke dalam tempat sampah.
Skor yang tidak sempurna diperoleh jika peserta didik melakukan beberapa kesalahan. Misalnya peserta didik tersebut terbalik saat menyebutkan perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus merah dan lakmus biru. Peserta didik tersebut menggunakan larutan dalam lubang pelat tetes yang sama untuk menguji larutan dengan kertas lakmus dan larutan indikator asam-basa yang lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan warna yang terjadi, sedangkan kesalahan yang umum terjadi dalam eksperimen dengan topik pengenalan larutan dan indikator asam-basa adalah peserta didik memegang pipet yang berisi larutan dalam posisi horizontal dan mencuci pipet tetes berikut dengan karet pipetnya.
Tabel 5. Contoh Rubrik untuk Penilaian Laporan Praktikum
No
Aspek yang dinilai
Skor
Kriteria
1.
Bentuk Laporan
1
·      Bila 4 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
2
·      Bila 3 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
3
·      Bila 2 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi
4
·      Bila 1 kriteria dari point 5 tidak dipenuhi



5
·      Tulis tangan
·      Menarik
·      Sistematik
·      Bahasa    yang    digunakan   komunikatif   (mudah dipahami)
·      Menyajikan dasar teori yang sesuai dengan tujuan praktikum



2.



Data Pengamatan
1
Tidak melampirkan data pengamatan
2
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
3
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
4
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi

5
·      Data yang disajikan dalam bentuk tabel dan atau grafik
·      Data yang disajikan sesuai dengan hasil praktikum
·      Data yang disajikan jelas, dan mudah dipahami



3.



Pembahasan
1
Tidak menyajikan pembahasan
2
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
3
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
4
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi


5
·   Bahasa yang digunakan komunikatif
·   Pembahasan sesuai dengan hasil praktikum
·   Adanya   hubungan   antara    pembahasan   dengan literatur yang diambil








4.







Ketepatan Pengambilan Kesimpulan



1
·   Kesimpulan tidak disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif
·   Kesimpulan yang diambil tidak berdasarkan data pengamatan
·   Kesimpulan yang disajikan tidak sesuai dengan pembahasan
·   Kesimpulan tidak sesuai dengan tujuan praktikum
2
Tiga (3) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
3
Dua (2) kriteria skor 5 tidak terpenuhi
4
Satu (1) kriteria skor 5 tidak terpenuhi



5
·   Kesimpulan disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif
·   Kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum
·   Kesimpulan    yang     disajikan     sesuai     dengan pembahasan
·   Kesimpulan    yang     diambil    berdasarkan    data pengamatan


5.

Waktu pengumpulan laporan resmi
1
Terlambat 4 hari atau lebih
2
Terlambat 3 hari
3
Terlambat 2 hari
4
Terlambat 1 hari
5
Tepat waktu

Pada saat praktikum di laboratorium, peserta didik cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. lalu bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ? kemudian bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?

Komentar

  1. bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
    menurut saya penilaian dapat dilakukan dengan cara observasi, portofolio; dan ujian praktek. karena observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya. sehingga guru dapat menilai aspek yang diamati pada Teknik dasar kerja laboratorium seperti: ketelitian, kecepatan kerja, kerjasama, dan kejujuran siswa.

    BalasHapus

  2. bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?

    Rubrik tetap di susun berdasarkan kinerja/ indikator yg ingin di capai, penilaian dapat di lakukan dengan maksimal dengan tambahan siswa membuatkan video ia melakukan percobaan, dan membawa hasil percobaan kesekolah untuk di presentasikan atau lain sebagainy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan bang sugeng rubrik tetap di buat sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk menilainya guru bisa menbuat aturan dengan cara siswa merekam kegiatan dari awal sampai akhir. Beserta laporan individu di tambah laporan perkelompok.

      Hapus
  3. menurut saya pembagian kerja dalam praktikum itu boleh dilakukan karena didalam praktikum kerja tim itu sangat berpengaruh, jadi didalam tim membutuhkan pembagian kerja. sebelum siswa melakukan percobaan setiap siswa harus telah mengetahui prosedur percobaan yang akan dilakukannya bersama timnya. Pembagian kerja yang dapat dilakukan minsalnya satu kelompok terdiri dari 5 orang maka tugas dibagi menjadi satu orang siswa menjadi no tulis percobaan, yang satu siswa lagi mengambil alat yang akan digunakan, yang satu lgi mengambil bahan yang akan digunakan dan setelah terkumpul alat yang dibahan yang akan digunakan makan dua orang yang tersisa merangkai alat dan melakukan percobaan secara bersama. Sebenarnya jika semua siswa aktif pembagian tugas kerja sangat baik karena siswa kreatif membuat pembagian kerja.... ada bagian "kolaboratif" yang terlihat. tetapi disarankan agar setelah pembagian tugas siswa melakukan sharing. gurulah yg harus bisa mengarahkan hal tersebut. untuk menilai hal tersebut dapat melakukan tugas portofolio, seperti membuat laporan praktikum. karena dengan begitu siswa akan mengingat kembali dan bertanya pada kelompoknya. jadi peran guru dalam mengontrol dan menilai kerjasama dalam tim pada saat pratikum harus sangat jeli.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan fira bahwa di dalam pratikum boleh dilakukan pembagian kerja tim karena sangat berpengaruh kinerja dan disini peran guru dapat mengontrol dan menilai kerjasama dalam tim pada saat pratikum.

      Hapus
  4. pada saat praktikum di laboratorium, peserta didik cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. lalu bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
    menurut saya, pembagian tugas dalam melakukan praktikum adalah hal yang sangat baik dan sistematis, mereka memahami bahwa tidak semua tangan bisa mengerjakan satu pekerjaan, apalagi percobaan yang hanya mengamati dan mencampur-campurkan zat, jika banyak tangan yang mengerjakan bisa saja salah campur zat, atau terlalu sibuk semua melakukan hal yang sama waktu tidak akan efektif, yang mengamati dan mencatat hal yang terjadi juga tidak ada, sehingga tidak terlihat kerjasama siswa dan keteraturan atau sistematis dari prosedur kerja yang ada.... Lalu jika tugasnya terbagi-bagi bagaimana menilainya. disinilah peran guru melihat apa yang dilakukan siswa, apakah sudah baik pembagian tugasnya, aertinya semua mau bekerja sudah memiliki penailan tersendiri, kemampuan bekerjasama, kemampuan melakukan prosedur, untu, hasil akhir atau kesimpulan, siswa bisa diskusi terlebih dahulu langkah-langkah apasaja yang mereka lakukan,, apa yang terjadi dan bagaimana hasilnya. dan kita bisa cek atau tanyakan kembali di akhir proses pembelajaran. banyak penilaian yang bisa digunakan dalam hal ini yang jelas salah satunya lembar observasi yang sangat jelas tampak hnyata terlhita situasi yang terjadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat kk melda, jika dianggap masih kurang guru bisa memberikan tes lisan atau tertulis terkait percobaan jadi tidak ada siswa yang tidak paham

      Hapus
  5. Bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai ?
    Bisa menggunakan post test dan pre test, menggunakan lembar penilaian diri sendiri, lembar penilaian antar teman, laporan portofolio individu

    Bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?
    Rubrik penilaian portofolio produk, kita bisa melihat produk yang dibuat seperti apa. Dan untuk menghindari ada yang tidak bekerja bisa menggunakan penialain antar teman. Saya rasa peserta didik saat ini sudah pintar dalam menilai dan mereka sudah paham apabila ada teman yang tidak bekerja sebaiknya ditegur atau tidak dimasukkan nama dalam penilaian.

    BalasHapus
  6. saya akan menjawab pertanyaan rini, bagaimana sistem penilaian praktikum tetapi tidak dilakukan di laboratorium akan tetapi di rumah, nah bagaimana kita sebagai guru menyusun rubik penilaiannya?

    menurut saya ini bisa diatasi dengan meminta siswa untuk mengumpulkan video pada saat praktikum/percobaan yang dilakukan dirumah tersebut diperkuat dengna penilaian melalui tes tulis bisa essai terstruktur maupun pilihan ganda namun dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi (lebih ke HOTS).

    BalasHapus
  7. menurut saya kelompok kerja siswa yang seperti itu diperbolehkan dan untuk menilainya bisa diawal kita beritahu siswa untuk secara bergantian dalam melaksanakan praktikum. misal ada 2 sub topik laju reaksi yaitu pengaruh konsentrasi dan luas permukaan. 1 kelompok siswa yg terdiri dari 6 orng misalnya dibagi 2. 3 orang mengerjakan konsentrasi, yang 3 nya sebagai notulen, presentator, dan koordinator. nah, ketika nanti luas permukaan dilakukan yang 3 sebagai notulen, dll diminta untuk melaksanakan praktikum.

    BalasHapus
  8. Dalam kasus saat praktikum di laboratorium, peserta didik yang cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. Maka cara guru dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai adalah dengan cara membuat instrumen penilaian yang bersifat umum seperti : Kerajinan, ketelitian, kedisiplinan, dll yang dapat diamati dalam berbagai jenis kegiatan.
    Bukan penilaian khusus seperti : cara menimbang zat, cara memipet, dll

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI 1 : DESIGNING AUTHENTIC ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ pe...

MATERI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARANKIMIA Pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diterima siswa di SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu pembelajaran kimia dituntut untuk mempelajari ini dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Ilmu kimia merupakan produk temuan saintis dan proses. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada pendidikan menghendaki adanya pendekatan ilmiah didalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang dimaksud disini adalah pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang terdiri dari kegiatan...

MATERI 6

KEMAMPUANARGUMENTASI SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA Argumentasi Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk (2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Menurut Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat ...