Langsung ke konten utama

MATERI 3


A. Definisi Keterampilan Berfikir
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada Taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 dan direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad ke-21. HOTS versi lama berupa kata benda yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan HOTS setelah direvisi menjadi kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. HOTS (Higher Order Thinking Skill) adalah Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan. Adapun karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
1.  Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
2.      Berbasis permasalahan kontekstual.
3.      Menggunakan bentuk soal beragam.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
Bagaimana melatih siswa  memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Order Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan,  menunjukkan jawaban tingkat tinggi.
Untuk menjawab Higher Order Questions (rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu memperhatikan beberapa hal:
1.   Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
2.  Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
3.    Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
4.    Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
2. Keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
3. Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
4.  Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil penelitian Computer Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang hanya dapat mengingat apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang didengarnya, 50% dari yang didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang didengar, dilihat dan dikerjakannya secara simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sedangkan stimulus verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Dalam dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;
1.      I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2.      I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3.      I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan banyak bermanfaat.
Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural, instruksi dan pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan bebas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. Tahapan tersebut adalah:
1.      Identifikasi komponen-komponen procedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
2.      Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3.      Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4.      Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;
1.      Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
2.      Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan
3.     Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi.
Pelajaran yang diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan lebih cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu menggunakan cara-cara yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.
Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soalHOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Peran Soal HOTS dalam Penilaian     
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam melakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.
1.      Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21.
2.      Memupuk rasa cinta danpeduli terhadap kemajuan daerah.
3.      Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
4.      Meningkatkan mutu Penilaian
Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
1.   Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
              a.       Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
              b.      Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
              c.       Menulisbutir soalHOTS;
              d.      Membuat pedoman penilaianHOTS;
              e.       Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
              f.        Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
2.    Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS
3.  Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;
4.     Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala sekolah;
5.  Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
6.  Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
Contoh Menyusun Pertanyaan Ketrampilan Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir yang dikembangkan  dan bentuk pertanyaannya menurut Linn dan Gronlund adalah seperti tertera  pada tabel di bawah ini
Tabel Keterampilan Berpikir dan Bentuk Pertanyaannya (Khusus Bidang studi Kimia)
No
Keterampilan Berpikir
Bentuk Pertanyaan
1.
Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara Alkohol dan Eter
-  Bandingkan dua cara berikut tentang Pembuatan Koloid (cara disperse dan cara kondensasi)
2.
Hubungan sebab-akibat
-  Apa penyebab utama terjadinya elektrolisis
-  Apa akibatnya jika Posisi logam yang melapisi  logam lain posisinya terbalik (Pada proses penyepuhan)
3.
Memberi alasan(justifying)
 - Mengapa Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi? Jelaskan
4.
Meringkas
-  Ringkaslah dengan tepat isi Pencemaran  Air, Tanah dan Udara
5.
Menyimpulkan
 -  Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal  dari  data(data uji larutan asam basa dengan kertas lakmus).contoh :  
Larutan
Kertas lakmus
Merah
Biru
A
Merah
Merah
B
Biru
Biru
C
Merah
Biru
   Buatlah kesimpulan tentang ketiga larutan tersebut!
6.
Berpendapat (inferring)
-    Berdasarkan data berikut :
Larutan
I
II
III
IV
V
pH awal
4
5
7
8
10
+ sedikit
asam
3,5
4,9
4
7,98
5
+ sedikit
Basa
6,03
5,01
10
8,01
12
+sedikit
Air
5,05
5
8
7,9
8,5
  Dari data diatas yang termasuk larutan penyangga
   adalah……Jelaskan pendapatmu!
7.
Mengelompokkan
  -    Kelompokkan Larutan Berikut Berdasarkan daya hantar listriknya:
       
Sumber mata air
Nyala lampu
Pengamatan lain
1
padam
Ada gelembung gas
2
terang
Byk gelembung
Gas
3
redup
Ada gelembung
Gas
4
padam
Sedikit gelembung gas
5
padam
Tidak ada gelem
Bung gas
8.
Menciptakan
 -  Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide
    Anda tentang Alat Uji elektrolit !
9.
Menerapkan
-    Selesaikan persamaan reaksi redoks berikut :
      MnO4-  +   C2O42- +  OH-        MnO2  +  CO32- + H2O
10.
Analisis
-   Berikut ini hasil titrasi 25 ml asam cuka (CH3COOH)
Dengan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1M  menggunakan indicator PP :
Titrasi ke
1
2
3
Vol.CH3COOH(ml)
25
25
25
Vol.NaOH (ml)
19
20
21
Berdasarkan datatersebut konsentrasi CH3COOH
Adalah….
11.
Sintesis
-  Tuliskan satu rencana untuk pembuktian Laju reaksi dipengaruhi oleh suhu,luas permukaan dan konsentarsi!

12.
Evaluasi
-   Apakah kelebihan dan kelemahan Model atom Bohr!

Permasalahan
1.   Didalam pembelajaran kita tahu bahwa materi kimia ada yang bersifat teori dan ada yang banyak hitung-hitungan. apakah pada semua materi ini dapat dikembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa, misalkan pada materi teori atom yang lebih bersifat teori apakah bisa sampai pada berpikir tingkat tinggi?
2.  Pada kenyataannya sekarang, masih sulit untuk menerapkan pembelajaran yang memerlukan tingkat berpikir HOTS pada siswa dikarenakan kurang siapnya siswa dalam menerima model pembelajaran yang menuntut untuk dapat pada pemikiran level HOTS. Menurut Anda apa saja yang perlu dibenahi baik dari segi siswa khususnya, guru dan sistem pendidikan?
3.  Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?


SEKIAN TERIMAKASIH 


Komentar

  1. menurut saya bisa saja, karna semua siswa berhak untuk mengembangkan pemikirannya dalam bidang apapun termasuk teori atom. namun, guru harus bisa mengarahkan kemana teori atom ini akan dikembangkan sehingga persepsi siswa tidak melenceng.
    untuk pertanyaan kedua, kita di negara berkembang Indonesia memang dari dulu sudah terbiasa untuk 'disuapi' artinya belum banyak siswa kita yang bergerak secara mandIri untuk berpikir HOTS. namun, hal ini bisa dicapai jika kita terus melatih siswa kita untuk terbiasa berpikir tingkat tinggi. ala bisa karna biasa

    BalasHapus
  2. Menanggapi pertanyaan ketiga yaitu Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    Perlu kita ketahui bahwa untuk mengetahui keberhasilan suatu pembelajaran maka perlu melakukan pengukuran (evaluasi) terhadap pembelajaran tersebut. Pengukuran sebaiknya dilakukan bukan hanya pada hasilnya tapi juga pada prosesnya. Untuk ketrampilan berpikir kritis penilaian proses mutlak diperlukan. Lalu bagaimana caranya? Apa saja yang perlu diukur.
    yang mendasari pengembangan kemampuan siswa adalah kecakapan berpikir kritis sebagai ketrampilan tertinggi dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu perlu dibuat instrumen yang tepat yang berurusan dengan kedua fokus tersebut seperti yang telah dicontohkan pada pemaparan materi di atas

    BalasHapus
  3. Didalam pembelajaran kita tahu bahwa materi kimia ada yang bersifat teori dan ada yang banyak hitung-hitungan. apakah pada semua materi ini dapat dikembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa, misalkan pada materi teori atom yang lebih bersifat teori apakah bisa sampai pada berpikir tingkat tinggi?
    Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom. Dimana yang ter golong Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah mengalisis (analysis), mensintesakan (synthesis), menilai (evaluation). jika guru dapat mendesain pembelajaran untuk mencapai tujuan pada keterampilan berpikir tingkat tinggi matari yang demikian menurut saya bisa.

    BalasHapus
  4. Penggunaan model pembelajaran strategi dan pendekatan harus di perhatikan guru. Agar siswa bisa berpikir tingkat tinggi. Mungkin hal tersbut karena pemakaian model yg tidak sesuai dan cara guru mengjar blm maksimal shingga siswa blm terlatih dan terbiasa. Sebelum kita memberikan pemikiran yg tinggi kepada siswa perlulah seorang guru untuk melatih pemikiran sndiri bagaimana cara agar siswa ini bisa berpikir tingkat tinggi

    BalasHapus
  5. untuk menjawab permsalahan masih sulitnya menerapkan pembelajaran yang memerlukan tingkat berpikir HOTS pada siswa dikarenakan kurang siapnya siswa dalam menerima model pembelajaran yang menuntut untuk dapat pada pemikiran level HOTS. Menurut saya yang perlu dibenahi yang utama adalah guru, guru haruslah mampu merancang strategi pembelajaran yang mampu untuk memancing kemampuan HOTS siswa. jika siswa terkesan belum siap mungkin wajar saja karena siswa belum terbiasa dengan pola pembelajaran yang diterapkan, oleh karena itu disinilah guru dituntut untuk dapat kreatif secara perlahan -lahan membiasakan siswanya untuk terus berlatih dalam mengembangkan HOTS nya.

    BalasHapus
  6. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    Menurut saya dengan menggunakan tes, baik itu tertulis ataupun lisan. yang pasti dalam berbentu soal yang mampu memancing HOTS siswa saat menjawab soal tersebut. bisa saja soal pilihan ganda dengan wacana yang memicu siswa meganalisa sehingga muncul 1 jawaban. bisa juga dengan soal essay atau uraian yang jelas pertanyannya mampu membuat siswa menguraikan pengetahuan dan kreatifitasnya dalam menyimpulkan suatu permasalahan. yang pasti soalnya harus bersifat kontekstual dan tingkatan soal harus C4-C6 dengan meinimalkan ingatan atau pengetahuan C1-C3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan kak melda mengenai cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia dapat menggunakan tes, tertulis maupun lisan yang dpat memancing keterampilan HOTS.
      Dari jwaban yang diberikan Kita dapat mencocok kan dengan rubrik yg telah kita buat.

      Hapus
  7. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    menurut saya guru dapat membuat soal tipe essay atau pilihan ganda beralasan dengan menggunakan taksonomi anderson dr c4-c6
    karena HOTS ini mencakup pemecahan permaslahan, beripikir kritis dan kreatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan tri yakni bisa dilakukan dengan melatih siswa berproses HOTS melalui pemberian tugas/ soal tes (pilihan ganda, esssay, dll) dengan berpedoman pada taksonomi anderson, tidak hanya dari segi kognitif namun bisa juga melalui afektif dan psikomotor. mengajak siswa untuk mulai menciptakan inovasi berdasarkan konsep materi yang dipelajari dikelas. karena proses berpikir HOTS merupakan proses dengan kompleksitas tinggi, maka guru diharapkan dapat melatih siswa secara perlahan-lahan untuk ber-HOTS.

      Hapus
  8. Menjawab permasalahan pertama, menurut saya distruktur atom masih bisa diterapkan Higher order thinking skills. Teori atom kan ada bermacam-macam seperti teori rutherford, teori bohr dll. Nah dalam teori rutherford kan ada animasi mengenai lempeng hitam yang disinari. Disini bisa kita sajikan kepada siswa dan meminta siswa dalam menganalisis proses apa yang terjadi dan apa yang dihasilkan dari animasi.

    BalasHapus
  9. Menjawab pertanyaan yg terakhir,

    Menurut saya guru dapat membuat soal tipe essay atau pilihan ganda beralasan dengan menggunakan taksonomi anderson dr c4-c6
    karena HOTS ini mencakup pemecahan permasalahan, beripikir kritis dan kreatif... Seperti yg teman2 sebutkan di atas bahwa menilai bukan hanya daei segi kognitif saja tapi juga mencakup segi afektif dan psikomotor.

    BalasHapus
  10. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    dalam menyusun soal HOTS ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan yakni :
    Perhatikan cakupan materi kimia yang diharuskan untuk tiap jenjang SMP atau SMA (kurikulum kimia).
    Perhatikan beberapa kompetensi yang terkait dengan HOTS dan diturunkan menjadi indicator dan tujuan sesuai dengan karakteristik HOTS kimia.
    Menggunakan hukum dasar kimia pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan kimia.
    Dianjurkan untuk menyediakan berbagai macam data kimia (kualitatif, tabel, grafik, hasil dari percobaan yang dilakukan, laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai stimulus untuk menjawab soal-soal HOTS
    Berbagai macam data kimia yang disediakan seharusnya memberikan informasi kepada siswa merujuk kepada hokum dasar kimia sehingga dapat diolah lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARANKIMIA Pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diterima siswa di SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu pembelajaran kimia dituntut untuk mempelajari ini dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Ilmu kimia merupakan produk temuan saintis dan proses. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada pendidikan menghendaki adanya pendekatan ilmiah didalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang dimaksud disini adalah pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
MATERI 1 : DESIGNING AUTHENTIC ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance), ob

MATERI 6

KEMAMPUANARGUMENTASI SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA Argumentasi Menurut Matuk (2015) kata argumen seringkali merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari disebut dengan berdebat. Menurut Duschl dan Osborne, argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Ade Cyntia, dkk (2016) argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Menurut Ichsan, dkk (2016) argumentasi dipandang sebagai hal penting dalam proses belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana para siswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat